“Kami juga akan meningkatkan investasi di wilayah 3T,” paparnya dalam kesempatan yang sama.
Head External Communications PT XL Axiata Tbk (EXCL) Henry Wijayanto melihat, kehadiran teknologi dan pemain baru adalah sebuah keniscayaan.
“Kehadiran Starlink di Indonesia bisa membuka potensi untuk berkolaborasi, sehingga membawa manfaat bagi masyarakat dan perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (24/5).
Terkait dengan harga layanan Starlink, EXCL melihat perlu adanya penerapan regulasi yang seimbang dari pemerintah.
“Sehingga, tercipta adanya playing field yang sama antara Starlink dengan operator eksisting, misalnya sama-sama dikenakan PNBP sektor telekomunikasi (BHP,USO, dan BHP Tel) dan lainnya,” paparnya.
Selain itu, EXCL berharap pemerintah bisa memfasilitasi agar Starlink diwajibkan bekerja sama dengan operator untuk layanan business to consumer (B2C) dan business to business (B2B).
“Diharapkan juga pemerintah bisa melakukan kontrol terhadap struktur tarif Starlink agar tidak berpotensi mengancam keberlangsungan usaha telekomunikasi nasional,” ungkapnya.
Hingga kuartal I 2024, secara total XL Axiata telah memiliki lebih dari 163 ribu BTS, termasuk lebih dari 107 ribu BTS 4G dan sekitar 54 ribu BTS 2G. Adapun jumlah BTS 3G hanya sekitar 377 menara.
Merespons kehadiran Starlink, EXCL mengakui tantangan bisnis telekomunikasi akan semakin berat ke depannya. Oleh karena itu, ada beberapa strategi yang akan dilakukan EXCL dalam memperkuat kinerja Perseroan.
Pertama, menjaga tingkat harga layanan mobile maupun fixed broadband yang sesuai dengan keterjangkauan masyarakat Indonesia.
Kedua, mendorong dan meningkatkan bisnis layanan konvergensi. Ketiga, melanjutkan pengembangan infrastruktur jaringan baik di Jawa dan luar Jawa.
“Terakhir, meningkatkan pengalaman pelanggan yang lebih baik, yakni digitalisasi, personalisasi dan sebagainya,” paparnya.(KONTAN)