Don't judge a book from its cover. Meskipun tampilannya tidak sesemarak bubur ayam biasanya, rasa bubur ayam paman Gober ini sungguh di luar ekspektasi. Rasa buburnya saja berbeda dari bubur yang lain.
Saat suapan pertama, Anda sudah bisa merasakan cita rasa berbeda dari bubur ini.
Rasa bubur yang gurih dengan tekstur yang lembut berpadu dengan manisnya suwiran ayam, pedasnya sambal, dan rasa khas pahit gurih emping menjadikan cita rasa bubur ini sangat lezat.
Belum lagi sate ampela dengan rasa gurih manis menambah santapan bubur ini semakin nikmat.
Rupanya rahasia kelezatan bubur ayam ini terletak pada proses memasak nasi untuk menjadi bubur.
Proses yang lama dengan api kecil membuat nasi hancur sempurna hingga menjadi bubur yang lezat.
"Rahasianya ada di trik memasak saja. Semua masakan adalah resep terbaik dari keluarga yang kita sajikan ke penggemar," kata Aan umar pengelola Paman Gober.
Untuk harga bubur ayam di sini tak Jauh berbeda dengan bubur lainnya. Bubur ayam bisa dinikmati dengan harga Rp 12.000. Walaupun cukup mahal, harga ini sesuai dengan rasa dan porsi bubur ini, dijamin juara.
Gurih Santan Dominasi kelezatan Nasi Uduk Gober
Selain bubur ayam, nasi uduk sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kuliner malam di Kota Bandar Lampung.
Tidak sulit menemukan pedagang yang menjajakan nasi uduk di jalanan protokol, ada yang menggelar lapak kaki lima hingga penjualan di rumah toko (ruko).
Tapi kali ini kita harus memberikan dua jempol pada nasi uduk yang disajikan oleh street cafe Paman Gober.
Mereka menyajikan makanan tradisional yang konon asli betawi itu dengan sentuhan yang manis.
Tampilan yang begitu mengundang rasa lapar saat melihat.
Saat menyantap nasi uduk yang disajikan di piring landai ini, kita langsung disuguhkan aroma yang begitu memikat.
Harum yang berasal dari aneka rempah asli Indonesia seperti serai dan daun salam begitu menantang indera penciuman.
Terbukti, saat kita menyuap dan menyantapnya, nasi yang gurih berbalut santan lengkap dengan rempah serai dan daun salam lumer dimulut.
Rasanya pas.
Amat gurih.
Rasa asin tidak dominan, menunjukkan si empu dapur telah piawai dengan resep ini.
Tekstur nasi masak sempurna, sehingga nikmat saat dikunyah.
"Nasi uduk kita sajikan dengan hangat. Amat gurih, bisa dirasakan sendiri bagaiaman sensasi yang dimiliki. Ini yang jadi pembeda nasi uduk kita dengan yang lain," ungkap Aan umar menegaskan.
Nasi uduk yang dibanderol Rp 7.000 ini bisa kita santap dengan sambal merah yang lumayan pedas sebagai variasi rasa.
Sedangkan untuk lauk, kita bisa memesan sate ati ampela, telur ayam, telur asin sebagai teman yang pas.
Satu-Satunya Bajigur Juara di Bandar Lampung
Puas icip-icip makanan andalan dari Paman Gober, tak lengkap jika belum mencicipi rasa wedang bajigur.
Pasalnya, di Bandar Lampung, Paman Gober adalah satu-satunya tempat nongkrong yang menyajikan bajigur dengan rasa fantastis.
Jadi, saat anda berkunjung di cafe tenda ini. Jangan pernah berusaha memilih minuman lain.
Pesanlah secangkir wedang bajigur. Minuman tradisional asal tanah sunda ini memang cocok dinikmati di saat malam hari.
Kehangatan yang dihasilkan saat meneguk secangkir wedang ini sukses mengusir dingin angin malam yang merasuk tubuh.
Bajigur yang disediakan Paman Gober sendiri diolah dari santan, kopi dan gula aren.
Santan yang diperas dari kelapa tua terbaik, dimasak perlahan dengan api kecil agar teksturnya tidak pecah.
Sebagai pelengkap pengelola dapur nampak memberikan daun pandan serta vanili sebagai penguat aroma wangi yang sedap saat menghirupnya.
Uniknya, jika bajigur tanah Pasundan menambahkan kopi sebagai resep, Paman Gober meniadakannya.
Jadi, bagaimana rasa bajigur Paman Gober. Akh, sulit diungkapkan. Secangkir bajigur rasanya kurang. Hangat, gurih, dan tidak membosankan. Rasanya pas dilidah, dengan tidak terlalu manis. Rasa santan yang gurih, cukup mendominasi diantara olahan gula arean terbaik. Jelas berbeda dengan bajigur kebanyakan.
Suasana di Street Cafe Paman Gober di Lampung
"Kebetulan di Bandar Lampung memang belum ada. Kebanyakan kan bandrek yah, jadi ini yang pertama, buat teman ngobrol lah," jelas Aan umar memaparkan.
Pengalaman yang Tribun rasakan senada dengan apa yang dirasakan oleh Dian Fiskasari (27).
Remaja yang empat tahun menempuh pendidikan di tanah Bandung menilai bajigur Paman Gober tak berbeda dengan bajigur yang pernah ia rasakan sebelumnya.
"Rasanya oke. Berasa lagi kuliah dulu. Tapi emang citarasa kopinya ilang, itu aja yang buat beda," tutur dia.