News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Lampung

Taman Hutan Kera Tirtosari di Lampung, Surganya Monyet-monyet Liar Tapi Lucu, Pas Buat Teman Selfie!

Editor: Agung Budi Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Keakraban wisatawan dan monyet-monyet di Taman Hutan Kera Tirtosari, Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Telukbetung Utara, Bandar Lampung.

Tak perlu menunggu waktu lama.

Pintu masuk menuju Taman Hutan Kera Tirtosari


Saat pisang dan kacang kulit keluar dari penyimpanan, maka kera- kera liar akan segera datang menghampiri kita.

Mereka akan antre untuk berebut jatah.

Hati-hati dengan sikap beberapa kera yang sekejap bisa berubah nakal dan merebut seluruh makanan atau barang bawaan kita.

Berbeda dengan kera-kera kebun binatang yang dibatasi aktifitasnya dengan manusia.

Di sini, pengunjung dapat sesuka hati bermain dengan kera-kera liar.

Bagaimana jika kera-kera tadi menyerang?

Kemungkinan itu pasti ada.

Namun kita tidak perlu khawatir, seliar apapun tabiat asli hewan di alam bebas, mereka akan tetap aman sepanjang tidak terusik keberadaannya.

Konon, jumlah kera di Taman Hutan Kera Tirtosari ini berjumlah ratusan.

Mereka hidup rukun berdampingan dengan warga yang bermukim di wilayah tersebut.

Bisa jadi karena sejak lama mereka hidup berdampingan dengan manusia, mereka merasa tak aisng lagi dengan manusia yang menurut peneliti masih satu jalur kekerabatan

Selfie dengan Monyet, Why Not?

Puas memberi makan kera liar, rasanya tidak afdhol jika berkunjung ke tempat wisata tanpa membawa kenang-kenangan berupa foto.

Menggunakan kamera DSLR atau kamera dari telepon genggam sama serunya. Berpose di depan kamera dengan latar belakang kera-kera sedang lalu-lalang, asyik kan?

Apalagi kera setempat tidak begitu terpengaruh dengan lampu kilat yang berasal dari kamera.

Minim Perhatian Pemerintah

Sayangnya, wacana pengembangan Taman Kera, Sumur Batu, Telukbetung Utara, menjadi kawasan wisata, tampaknya hanya pepesan kosong.

Tiga kali pergantian wali kota Bandar Lampung, mulai Suharto, Edy Sutrisno, dan kini Herman HN, taman kera yang sudah ada sejak 1984, tidak juga berubah fungsi menjadi kawasan wisata yang tentunya dapat mendongkrak pendapat asli daerah (PAD).

Hanya sekedarnya saja, kesannya. Sekedar ada.

Padahal lokasi taman kera yang berada di kawasan pusat kota, serta kondisi alam yang berada di dataran tinggi mampu menarik wisatawan lokal, bahkan setiap sore, kawasan tersebut tidak pernah sepi dari kungungan masyrakat, yang datang hanya sekedar melepas penat, atau bercengkerama dengan kera.

Namun sayang, kondisi taman kera yang populasinya terus bertambah, ditaksir mencapai 100 ekor lebih, tidak dibarengi perhatian serius pemerintah kota Bandar Lampung, khususnya terkait biaya pemeliharaan hewan mamalia tersebut.

Menurut penggelola taman hutan kera Hi Keno Rukmana, kera-kera di kawasan tersebut populasinya terus bertambah.

Hitungan kasar pada medio tahun 2012 lalu saja jumlahnya diperikirakan sudah hampir 100 ekor lebih.

Tentu di tahun 2015, jumlahnya jauh lebih banyak.

"Tahun lalu jumlahnya sekitar seratusan. Sekarang mungkin lebih, tapi tidak sampai 200. Karena saya pernah hitung dengan cara memberi buah nangka yang sudah saya potong-potng dan hitung, kemudian saya beri satu-persatu. Jumlahnya hampir seratus. Tapi pastinya susah, itu hanya mendekati, karena saat diberi makan tidak semua kera ngumpul," kata Keno saat sambangi di kediamannya, kemarin.

Kisah Kera Lepas dari Kandang Beranak-pinak

Hi Keno Rukmana yang sudah tinggal dikawasan tersebut sejak 1957, mengaku populasi kera dikawasan tersebut bermula tahun 1984.

Kala itu putranya yang gemar menembak menggunakan senapan angin tidak sengaja mengenai seekor kera di kawasan tersebut.

Karena merasa kasihan, dengan kondisi kera malang tersebut, Keno yang saat itu masih bertugas di dinas kesehatan mengobati dan memelihara kera tersebut, hingga pulih.

Namun sayang, saat berada di kandang, sang kera lepas dan tinggal di hutan kawasan tersebut.

"Sejak lepas kera itu tinggal di kawasan hutan situ, di sana juga ada kera betina milik warga. Sejak itu kera mulai beranak pinak, hingga sekarang," ujar Keno.

Keno mengaku, perhatian pemerintah terhadap populasi kera di taman hutan kera, Serta janji menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan wisata, bukan tidak ada, namun belum terealisasi.

"Warga sini sih sempat senang, dengan janji pemerintah, katanya mau dijadiin kawasan wisata. Bahkan ada warga sudah siap buka warung-warung. Tiga wali kota Soeharto, Edy Sutrisno, Herman HN, sudah pernah ke sini, tapi tidak ada yang terealisasi. Bertahun-tahun saja baru kali ini jalan di sini diaspal," tuturnya.

Misteri Terowongan Peninggalan Jepang

Selain dapat menyaksikan aksi kera di alam liar, masih di tempat yang sama, pengunjung juga dapat menemukan sisa bangunan kolonial berupa terowongan mobilisasi militer.

Posisinya berada di kaki bukit Taman Hutan Kera Tirtosari.

Lokasi ini bisa ditemui dengan mudah, sekitar 100 meter dari pintu masuk gapura yang bertuliskan "Selamat Datang di Taman Wisata Hutan Kera".

Bentuk fisik terowongan ini menyerupai kubah kecil dengan konsrtuksi beton.

Kini bangunan ini telah disegel dengan menggunakan plat baja.

Terowongan peninggalan Jepang yang misterius

Bangunan yang terlihat kokoh ini, adalah sebuah lorong panjang dan diperkirakan memiliki jalan tembus hingga ke belakang Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. Konon, terowongan ini digunakan untuk memindahkan pasukan secara sembunyi- sembunyi.

Mustafa, seorang warga yang ditemui dilokasi mengaku, terowongan itu adalah akses bagi militer pada zamannya untuk bergerak secara sembunyi-sembunyi di bawah tanah.

Sebelum disegel dan tidak dapat diakses seperti saat ini, terowongan itu disinyalir memiliki pintu keluar tak jauh di Hotel Hartono Bandar Lampung dan wilayah pesisir Sukaraja.

Sayang, aset sejarah itu kini terbengkalai. Minimnya perhatian pemerintah dan ketidakpedulian warga membuat terowongan itu tnggal kenangan dan cerita.

Generasi saat ini tidak bisa mengaksesnya, karena bagian dalam terowongan telah tertutup reruntuhan batu. Itu mengapa kemudian di tahuan 200an terowongan ditutup dengan plat baja.

Ditengah keterbatasan tadi, setidakya, kawasan Taman Hutan Kera Tirtosari menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri bagi masyarakat sekitar khususnya di Bandar Lampung.

Taman tersebut, adalah satu taman hijau nan asri yang bisa digunakan untuk hiburan murah. Udara yang bersih, jauh dari polusi, dan tentu saja dapat dinikmati tanpa mengeluarkan biaya.

Lupakan biaya pisang dan kacang ya!!! 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini