Laporan Wartawan Sriwijaya Post/Yandi Triansyah
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Setelah keraton Kuto Gawang dikuasai Belanda, Pangeran Rejek Putra Pertama mengungsi ke pedalaman.
Namun kekuasaannya diserahkan kepada adiknya, Pangeran Ratu Ki Mas Hindi.
Ki Mas Hindi sebagai penguasa Palembang kembali mengikat hubungan dengan Mataram.
Akan tetapi Palembang hanya menerima penghinaan.
Atas sikap itulah, Palembang kemudian mengambil keputusan, bahwa hubungan ideologis kultural sudah waktunya dihentikan.
Sikap Ki Mas Hindi yang tegas, menganggap Palembang merupakan suatu kerajaan yang mandiri dengan identitas sendiri.
Ia menegaskan, Palembang adalah Palembang, bukan Jawa.
Ki Mas Hindi menunjukkan bahwa Raja Palembang sederajat dengan Raja Mataram.
Maka Ki Mas Hindi menggunakan gelar Sultan Abdurrahman bergelar Kholifatul Mukminin Sayidal Imam juga terkenal dengan Sunan Cinde Wayang.
Kondisi itulah yang membuat perubahaan besar dalam kesultanan Palembang.
Pelaminan khas Palembang yang dipajang di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang. (Sriwijaya Post/Yandi Triansyah)
Hampir seluruh tata cara dan kebiasaan berubah.
Seperti keris, pakaian Jawa menjadi pakaian Melayu, aksara Jawa diganti menjadi aksara Melayu (Arab gundul).