Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Nurul Hayati
TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Oleh-oleh menjadi barang ‘wajib’ Bagi anda yang sedang bepergian.
Anda tentu tak ingin pulang dengan tangan kosong usai melancong. Apalagi tradisi membawa pulang oleh-oleh seperti sebuah keharusan.
Mereka yang tak ikut melancong pun tak segan-segan untuk ‘menodong’ meminta ‘jatah’.
Namun tak perlu khawatir. Seperti halnya daerah lain, Aceh juga mempunyai oleh-oleh khas untuk ditenteng sebagai buah tangan.
Jika anda berkesempatan melawat ke provinsi paling barat Indonesia tersebut, maka kawasan Lhoknga yang dikenal sebagai sentra kue kering khas Aceh adalah tempatnya.
Terdapat sekitar 20-an toko oleh-oleh yang khusus menjual aneka kue kering yang berjejer di sepanjang lokasi yang terletak di Jalan Banda Aceh-Lhoknga Desa Lampisang, Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar.
Oleh-oleh kue khas Aceh. (Serambi Indonesia/Nurul Hayati)
Berjarak sekitar 7 Km dari pusat kota Banda Aceh dan menempati lokasi strategis tepat di lintasan jalan ke arah Meulaboh, Aceh Barat.
Kekhasan kue kering Aceh adalah umurnya yang bisa disimpan hingga berbulan-bulan dalam suhu ruang.
Sebut saja dodol dan meusekat yang awet disimpan hingga 2 bulan, hal ini dimungkinkan lantaran penganan tersebut dimasak selama berjam-jam di atas api.
Keduanya menggunakan bahan baku utama berupa tepung dan gula pasir yang dimasak di dalam wajan dengan cara diaduk terus-menerus selama proses memasak.
Menghasilkan citarasa manis nan legit.
Adalagi makanan semi kering yang berumur sekitar semingguan yaitu, bolu ikan (bhoi) dan bakpia Sabang.
Disebut bolu ikan lantaran bolu ini menggunakan cetakan ikan, seperti halnya roti buaya suku Betawi.