Oiya, penyebutan cabe2an memang disengaja oleh sang empunya warung.
Alasannya sederhana, agar tampak kekinian dan bisa diterima pangsa pasar mereka yang merupakan kawula muda.
"Khusus pengolahan sambal dengan level super pedas, setidaknya kami menggunakan tiga jenis cabe berbeda, yakni rawit, cabe jawa, dan cabe merah. Dari ketiga paduan jenis cabe ini, sudah pasti sensasi sambal yang dihasilkan lebih berkarakter pedas yang nendang," ungkapnya.
Ayi menjelaskan, secara teknis ayam geprek khas Yogyakarta ini diolah dari bahan baku potongan dada dan paha ayam.
Awalnya, potongan daging ayam digoreng dengan lumuran tepung krispi.
Setelah matang, ayam digeprek menggunakan sambal sesuai pilihan konsumen.
Membuat sensasi pedas amat terasa, kata Ayi, karena pada proses geprek diutamakan lumuran sambalnya menyeluruh hingga ke sela-sela daging ayamnya.
Konsumen juga tidak perlu menunggu lama, karena prosesnya hanya memakan waktu 5-10 menit saja.
"Di bulan puasa ini, saya kira menu ayam geprek super pedas cocok jadi alternatif buka puasa. Tapi bagi yang tidak suka pedas, bisa menurunkan level kepedasannya sesuai dengan selera masing-masing," ujarnya.
Ayi mengatakan, selama Ramadan tempat kulinernya buka mulai pukul 16.00 WIB-22.00 WIB setiap harinya.
Sedangkan untuk informasi dan pemesanan, bisa menghubungi telepon 081391435363/ 081271252111.
Sayur asem. (Tribun Lampung/Okta Kusuma Jatha)
Gurih Ayam Penyet
Masih menawarkan kuliner berbahan baku ayam, kali ini Waroeng Rawit Ruwet menawarkan ayam penyet sebagai salah satu kuliner favorit tempat ini.
Serupa tapi tak sama, begitu kira-kira keterkaitan kuliner satu ini dengan menu ayam geprek sebelumnya.