Mereka baru pertama kali berkunjung ke Pura yang dikelola oleh keluarga Puri Gede Mengwi tersebut.
“Taman Ayun is pretty good and history is also good. I like the traditional of this temple. And Taman Ayun Temple’s architecture is so excellent,” ungkap Dave.
Wantilan. (Tribun Bali/Ayu Dessy Wulansari)
Senada dengan Dave, Tonny dan Jenna, dua turis asal Inggris juga mengagumi keindahan Pura Taman Ayun.
Baginya penataan dan suasana terasa bagus untuk dinikmati.
Pura Taman Ayun buka setiap hari mulai pukul 08.00–18.00 Wita.
Harga tiket untuk tamu domestik adalah Rp 10 ribu dan tamu asing adalah Rp 15 ribu.
Sumber Pengairan di Dua Subak
Keberadaan Pura Taman Ayun bukan hanya sebagai tempat suci dan bersejarah yang menjadi obyek wisata, namun juga mencakup beragam aspek yang saling berkaitan satu sama lainnya, seperti aspek religius, budaya, ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Kolam Pura Taman Ayun di Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, Badung, Bali. (Tribun Bali/Ayu Dessy Wulansari)
“Dilihat dari aspek lingkungan, Pura Taman Ayun terkenal di samping penataan dan kawasan suci, terdapat kolam yang mengelilingi pura dan digunakan untuk pengairan sawah atau dikenal dengan sistem subak,” ungkap Pengurus Harian Pura Taman Ayun, I Made Suandi.
Suandi menambahkan, sumber irigasi atau pengairan sawah untuk Subak Bukti yang berada di Desa Gulingan dan Subak Batan Badung yang ada di Desa Beringkit berasal dari waduk atau kolam Pura Taman Ayun.
Disalurkan melalui sebuah DAM yang bernama DAM Canging.
Melalui saluran utama, air didistribusikan ke pematang-pematang sawah melalui selokan.
“Petani sangat ketergntungan airnya dari kolam yang berfungsi sebagai waduk di Taman Ayun. Jika air di kolam sudah penuh, maka airnya mengalir ke persawahan,” tambah Made.
Subak merupakan manajemen irigasi khususnya pertanian yang dipimpin oleh ketua kelompok dan disebut Pekaseh.