Pernikahan Sultan dengan putri Bugis melahirkan Ratu Safiatuddin, yang pada kemudian hari dinikahkan dengan putra dari Kerajaan Pahang yaitu Iskandar Tsani.
Sepeninggal sultan, Iskandar Tsani memimpin Kerajaan Aceh Darussalam dan kemudian setelah mangkat digantikan oleh istrinya, Ratu Safiatuddin.
Ia menjadi satu dari tiga perempuan yang pernah memimpin kerajaan selain Ratu Kamalat Syah dan Nurul A’la.
Sedangkan pernikahan Sultan dengan putri Gayo melahirkan Meurah Pupok, sang putra mahkota yang kemudian melanggar aturan agama dan mengembuskan napas terakhir di ujung pedang ayahandanya sendiri.
Sementara pernikahan sultan dengan Putri Pahang tidak membuahkan keturunan.
Lokasi
Baik Gunongan maupun Taman Putro Phang merupakan situs cagar budaya.
Pada dahulu kala keduanya masuk dalam kawasan Bustanussalatin yang artinya taman raja-raja kesultanan Aceh.
Luasnya hampir 1/3 Kuta Raja (sekarang Banda Aceh) dan dipisahkan oleh Krueng Daroy.
Krueng dalam bahasa lokal bermakna sungai.
Krueng Daroy merupakan sungai buatan serupa kanal yang membentang membelah Bustanussalatin.
Termasuk Taman Ghairah, Taman Putroe Phang, Pinto Khop, dan Gunongan.
Wajah Kuta Raja yang kini berganti nama dengan Banda Aceh menempatkan Taman Ghairah (Taman Sari) di sisi Jalan Abdullah Anjung Rimba, Taman Putro Phang dan Pinto Khop (satu kompleks) di Jalan Nyak Adam Kamil, dan Gunongan di sisi Jalan Teuku Umar.
Kesemuanya berada di jantung kota dan kondisinya masih terawat baik hingga sekarang.
Seperti halnya Sultan Iskandar Muda merawat dan menjaga hati sang Putri Pahang.