Meskipun telah berdiri ratusan tahun, tetapi bentuk dan arsitektur masjid masih terjaga keasliannya.
Kayu dan temboknya tetap dipertahankan hingga saat ini.
Hanya beberapa perubahan kecil yang dilakukan oleh pihak takmir masjid, seperti memasang keramik pada lantai masjid.
Untuk menambah daya tampung jamaah, pihak pengurus masjid menambah serambi di sekeliling masjid.
“Penambahan teras yang pernah dilakukan sama sekali tidak merubah bentuk asli masjid,” terang Fadlan
Sampai saat ini masjid Tawang Sari berstatus Masjid keraton Yogyakarta dan berdiri di atas tanah keraton.
Berdasarkan penjelasan Fadlan, pihak Keraton tidak memperkenankan bentuk bangunan masjid dirubah.
Hingga saat ini masjid Tawang Sari masih digunakan sebagai tempat beribadah untuk warga sekitar.
“Kami masih menjalankan tradisi yang ditinggalkan oleh sesepuh, seperti nyadran. Karena di belakang masjid tersebut terdapat makam Pangeran Puger dan pemakaman umum, maka setiap nyadran selalu ramai,” ungkap Fadlan.
Makam Pangeran Puger tidak hanya ramai dikunjungi pada saat nyadran, setiap malam Jum’at makam tersebut ramai dikunjungi oleh peziarah.
Masjid yang mampu menampung lebih dari 200 orang tersebut pada saat Ramada semakin ramai dengan kegiatan keagamaan.
Untuk sholat tarawih diadakan dua kali semalam, yakni pada jam 19.00 untuk salat tarawih 11 rakaat dan pada tengah malam salat tarawih 23 raakat.