Daerah ini pada masa itu berada dalam pengaruh Kerajaan Galuh yang berpusat di sekitar Ciamis (sekarang).
Meski saat ini dihuni ribuan penduduk, ditumbuhi beribu rumah dan permukiman, hotel, homestay, penginapan, Dieng sesungguhnya berdiri di atas kaldera raksasa.
Dataran Dieng terbentuk akibat proses geologis vulkanik ratusan ribu hingga jutaan tahun lalu.
Di bawah Dieng adalah kantong dan saluran magma yang sebagian besar masih aktif.
Sejumlah gunung dengan puncak-puncaknya yang menjulang menjadi tepian kaldera raksasa Dieng.
Ada banyak kawah aktif baik yang berbahaya maupun yang dinilai jinak, sehingga tumbuh alamiah menjadi spot-spot wisata alam yang amat menarik.
Kawah Sikidang menjadi objek wisata paling populer di Dieng, karena cukup aman dan mudah dijangkau.
Kawah Sikidang. (Tribun Jogja/Setya Krisna Sumarga)
Di kawah ini pengunjung bisa menyaksikan langsung dan dari dekat, air lumpur bercampur belerang dan unsur-unsur kimia lain menggelegak dengan suhu di atas titik didih.
Tiket masuk Rp 10.000 per kepala. Tiket ini sudah termasuk kunjungan ke komplek Candi Arjuna.
Kawasan bangunan kuno ini ratusan tahun lalu diduga jadi pusat pemujaan atau ritus ibadah masyarakat Hindu yang pertama kali menembus dan mendatangi "atap langit" ini.
Kompleks candi yang diselimuti kabut di pagi hari adalah panorama yang diburu penggila fotografi alam.
Tiketing di Dieng Plateau memang terkesan merepotkan.
Setiap objek wisata yang dikelola pemerintah maupun penduduk lokal, punya tiket masing-masing.
Yang sama hanyalah tiket masuk kawasan Rp 2.000 per kepala.