"Ibaratnya, kalau orang yang beribadah di masjid ini diharapkan akan bersih jiwa raganya dari segala kotoran duniawi dan nafsu-nafsu jahat," katanya.
Hal ini cocok pula dengan sebuah kosakata Arab, yaitu kanasa yang berarti membersihkan. Oleh sebab itu, masjid ini lebih kondang dengan sebutan Masjid Kanas dibandingkan dengan nama resminya, yaitu Masjid Jami Tuhfaturroghibin.
Soal nama Tuhfaturroghibin itu ternyata diambil dari judul sebuah kitab fikih Islam klasik karangan ulama terkenal di Kalimantan Selatan, yaitu Syekh Muhammad Arsyad Albanjari.
Pengunjung masjid ini tak hanya warga sekitar, namun para turis dari luar Kalimantan Selatan juga ada.
Mereka mengetahui masjid ini dari internet sebagai salah satu masjid tua dan unik di Banjarmasin. "Ada yang dari Samarinda, mahasiswa Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.
Yang mahasiswa itu sampai naik ke kubahnya mengukur panjangnya, katanya buat bahan penelitian.
Ada juga yang dari jauh datang ke sini sengaja menggelar selamatan dan berharap prosesnya melahirkan anaknya lancar dan ternyata dikabulkan Allah.
Mereka kemari karena penasaran dengan keunikan kubah tajaunya yang berpucuk buah nenas, namun saya herannya kok warga sini tak ada yang seantusias itu.
Mungkin karena tiap hari lalu lalang di depan masjid ini dan beribadah di sini, jadi sudah biasa saja," sebutnya.
Masjid ini terdiri dari satu lantai saja.
Foto tempo dulu di dinding Masjid Kanas
Tiap hari selalu diramaikan oleh aktivitas ibadah warga setempat, baik yang harian seperti salat wajib maupun yang mingguan seperti pengajian.
Posisi masjid ini di pinggir jalan. Sangat mudah mengenalinya karena dari jauh sudah tampak replika nenas di pucuk kubahnya.
Lokasinya tak jauh dari pusat Kota Banjarmasin. Menuju kemari bisa menggunakan transportasi darat dan sungai.