News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Menanti Sunrise di Bromo Hingga Berkuda di Lautan Pasir

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengunjung menikmati sunrise di Bromo, Jawa Timur.

Sampai di lokasi parkiran. Kami langsung berfoto dengan latar Gunung Batok. Masyarakat sekitar yang menawarkan jasa kuda mulai mendekati kami. Menawarkan perjalanan menuju kaki Gunung Bromo dengan menaiki kuda. Kami mendekati pemandu wisata. Disana dapat menukarkan kupon untuk berkuda.

Harga untuk pulang pergi menggunakan jasa kuda dari lokasi parkir menuju Gunung Bromo sekitar Rp150 ribu. Disana nama kuda disamakan dengan pemiliknya. Tribunnews.com, mendapatkan kuda bernama Suko. Pemiliknya bernama Suko (30) telah memulai usaha jasa kuda selama 15 tahun. Ia bekerja mulai pukul 06.00-10.00 WIB. "Selesai itu, saya pulang, mas. Berladang," kata Suko. Masyarakat Bromo terbiasa berladang bawang serta kentang. ‎

Bila musim liburan tiba, Suko bisa mengantarkan tamu sampai enam kali pulang-pergi Gunung Bromo-lokasi parkir. Jika sepi, maka Suko beruntung mendapatkan satu pengunjung saja. "Harganya juga turun, kalau sepi," imbuhnya.

Suko bercerita mengenai anak tangga berjumlah 250 buah yang harus didaki pengunjung untuk sampai ke kawah Gunung Bromo. Sambil bercerita, sang kuda sempat terbatuk-batuk. "Biasa batuk nih mas, banyak debu dari pasir," katanya.

Ia juga menuturkan adanya film layar lebar 5 cm membuat wisawatan membanjiri kawasan taman nasional tersebut. Film yang disutradarai Rizal Mantovani itu memang mengambil lokasi di kawasan Gunung Bromo dan Semeru. Film tersebut berkisah tentang lima orang sahabat yang berpetualang mendaki Puncak Mahameru.

"Syuting film itu ya di sini mas. Wisatawan tambah‎ banyak ke sini," kata Suko sambil menunjukkan sejumlah lokasi syuting film tersebut.

‎Sekitar 10 menit berkuda, kami sampai ke kaki Gunung Bromo. Lalu mendaki sebanyak 250 anak tangga untuk menuju kawah. Ternyata pendakian itu tidak mudah. Di tengah jalan yang mendaki, banyak pengunjung menghentikan langkahnya untuk beristirahat sejenak. Oksigen pun menipis tercampur bau belerang yang keluar dari kawah. Tribunnews.com juga sempat beristirahat.

Sampai puncak Gunung Bromo, bau belerang semakin menguat. Bau yang menyegat membuat Tribunnews.com terbatuk. Tak sampai 10 menit, kami pun memutuskan turun dari Gunung Bromo. Terpenting, kami telah mengabadikan dan melihat sinema hidup karya Tuhan‎ dari atas Gunung Bromo.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini