“Dulu ramai, kira-kira sebelum ada kebakaran, setelah itu jadi sepi. Apalagi sudah banyak toko-toko oleh-oleh modern. Perekonomian di sini semakin menurun. Ini sudah siang begini, belum ada pembeli,” ujar Nyoman semabri menata barang dagangannya.
Pasar Seni Kumbasari pernah mengalami kebakaran sekitar tahun 2000-an.
Api yang muncul di area lantai tiga dengan cepat menjalar hingga ke lantai atas.
Kira-kira setelah kejadian kebakaran tersebutlah, dan banyak berdirinya toko oleh-oleh modern, terjadi perubahan signifikan di Pasar Seni Kumbasari.
Beberapa kios pun tampak tutup, tidak ada yang menyewa.
Banyak pembeli, yang didominasi oleh para wisatawan, beralih ke toko-toko modern tersebut.
Sementara dari ke hari, menurut Nyoman, pengunjung yang datang ke Pasar Seni Kumbasari semakin berkurang.
“Ada yang datang, lihat-lihat tapi tidak membeli karena sudah terlanjur belanja di toko oleh-oleh yang lain itu,” ujarnya.
Terkait hal tersebut, pendapat senada pun disampaikan oleh Westra.
Menurutnya semenjak keberadaan toko-toko modern tersebut, terjadi penurunan pembeli dan pendapatan yang diperoleh oleh para pedagang lokal di Pasar Seni Kumbasari.
“Semenjak adanya toko oleh-oleh modern tersebut, pendapatan pedagang di sini menjadi sangat-sangat berkurang. Banyak pedagang di sini yang mengeluh,” ujar Westra.
Menurutnya keluhan tersebut pun telah disampaikan kepada pemerintah.
Dengan semakin maraknya toko oleh-oleh modern besar tersebut, membuat wisatawan mulai beralih.
Pemkot Denpasar pun menjadikan Pasar Badung dan Kumbasari sebagai satu di antara destinasi Denpasar City Tour.
PD Pasar Denpasar juga berupaya untuk menarik minat wisatawan dan masyarakat.
Namun menurut Westra, memang ada hal yang hal yang harus dilakukan bersama, untuk kembali mengangkat para pedagang di pasar tradisional ini.
Pembangunan toko-toko oleh-oleh besar tersebut harus tetap diperhatikan. (*)