Setiap jenis tipat memiliki rasa uniknya tersendiri sehingga tidak jarang, hidangan ini juga menjadi pilihan dari pengunjung.
“Tipat kuah di sini memang agak beda dengan tipat kuah yang ada pada umumnya. Saya pakai ayam kampung yang dipanggang. Karena saya asli dari Gianyar di mana terkenal dengan ayam panggang, saya coba untuk kelola dengan bumbu-bumbu yang saya bisa,” ungkap Putu.
Sedangkan tipat plecing kaplok, satu hidangan favorit juga yang mana pengunjung dapat memilih level atau tingkat kepedasan berdasarkan jumlah cabai yang diminta.
Seiring masukan dari pengunjung, tipat plecing kaplok dimodifikasi dengan menambahkan rujak kuah pindang.
Kuah pindang sendiri sebenarnya merupakan pedamping yang selalu ada dalam rujak khas Bali maupun bulung yang terbuat dari rumput laut.
Rasa asam dan asin yang berasal dari kaldu ikan ini ternyata cocok disandingkan dengan sambal plecing yang berasa pedas dan gurih.
Perpaduan rasa tersebut melebur dengan tipat lembut dan sayuran yang terdapat dalam plecing, seperti kangkung dan tauge.
Nasi jinggo babi kecap (Tribun Bali/ Ayu Dessy Wulansari)
“Ikannya saya dapatkan dari kerabat yang memang menyiapkan ikan berkualitas. Kemudian direbus sampai 1,5 jam dan saya isikan beberapa bumbu tambahan agar amis tidak terlalu terasa. Proses untuk mendapatkan kuah pindang ini juga agak lama sampai kuahnya bening,” tutur Putu.
Waroeng Pantjoran memiliki jam operasional mulai pukul 11.00-21.00 Wita dan buka setiap hari.
Meski namanya warung, namun tempatnya cukup luas dengan dua lantai dan mampu menampung hingga 70 pengunjung.
Waroeng Pantjoran juga sering dijadikan tempat berkumpul antara komunitas maupun menggelar acara tertentu, seperti arisan atau kumpul bersama keluarga besar.
Info Harga:
Nasi Jinggo Babi Kecap : Rp 10 ribu
Nasi Jinggo Be Genyol : RP 10 ribu
Nasi Jinggo Ceker : Rp 10 ribu
Tipat Cantok : Rp 10 ribu
Tipat Kuah : Rp 13 ribu
Tipat Plecing : Rp 10 ribu
Tipat Plecing Kaplok : Rp 10 ribu (*)