“Mereka bersyukur, tanggapannya luar biasa. Kami berharap ke depan, promosi luar negeri Kemenpar selalu melibatkan tiga greaters, Bali, Jakarta dan Batam-Bintan-Kepri. Kami butuh simbiosis antara pemerintah dan pelaku industri pariwisata agar tumbuh bersama dengan arah dan percepatan yang sama pula. Promosi luar negeri Kepri tahun depan tetap menginduk ke Kementerian, berbasis pangsa pasar utama dan potensi market, agar tepat sasaran,” kata Guntur Sakti, Kadispar Kepri.
Respon yang sama juga ditangkap Vincentius Jamedu, Asdep Pemasaran Asia Pacific Kemenpar. Apalagi di hari terakhir, Minggu 27 September itu suasana pameran penuh sesak dengan lautan manusia.
Paviliun Indonesia yang dimeriahkan dengan beberapa atraksi violin, sasando (alat music Lombok, red), tarian tradisional dan kostum carnival dengan penataan mirip burung merak raksasa di pintu depan.
Ratusan bahkan ribuan kamera HP yang mengabadikan momen selama pameran, menjadikan picture wall dan di up load di medsos. Itu sebuah promosi tersendiri yang selama ini sering lupa dihitung velue-nya.
Antrean penggemar kopi Indonesia juga tak henti-henti sepanjang hari. Teste kopi juga bisa menjadi alat promosi yang khas, karena aroma kopi itu sangat khas dan menantang.
“Para industriawan pariwisata yang menempati booth Wonderful Indonesia makin merasakan kekuatan promosi luar negeri. Ini adalah gate menuju capaian kunjungan wisman asal Jepang,” tambah VJ, panggilan akrab Vincent Jamedu.
Ada pemeo, Belanda masih jauh, tapi Jepang sudah dekat!