Untuk bahan baku kerupuk, mereka menggunakan tanaman mangrove jenis Jeruju, sedangkan untuk dodol, mangrove yang digunakan adalah jenis siapi-api yang berbuah setiap empat sampai lima bulan sekali.
"Untuk membuat dodol, 70 persen bahan bakunya adalah tepung mangrove api-api. Dodol ini dapat bertahan sampai sepuluh hari karena kita tidak pakai bahan pengawet," katanya.
Karena tidak bisa bertahan lama, lanjutnya, makanya sampai saat ini sistem pembuatannya masih berdasarkan pesanan.
Dodol ini di pasarkan seharga Rp 25 ribu per kilonya.
Ada juga jenis olahan sirup dari buah pedada atau mangrove jenis Perepat (Sonneratia alba).
Setelah diolah, sirup dengan warna kekuning-kuningan dan rasa asem manis segar dihargai Rp 10.000 perbotolnya.
Sirup ini juga terkendala bahan baku yang tak semua daerah memiliki jenis mangrove ini.
Jadi pembuatannya juga tergantung pesanan, hanya pembuatan kerupuk yang rutin dilakukan setiap hari, jelasnya.
Menurutnya, hingga kini produk kerupuk Jeruju hanya bisa di dapat di koperasi mereka atau di lokasi Wisata Mangrove.
Sebelumnya mereka pernah melakukan pemasaran ke kios-kios tapi kurang efektik. Jadi kalau berminat, anda harus mengunjungi Wisata Mangrove.