“Museum Tsunami ini adalah tempat bersejarah buat saya. Di sini saya bertemu dengan laki-laki yang kini menjadi suami saya. Makanya saya mau foto pre wedding nya di tempat ini ” ujar Nela Vitriani, menuturkan kisahnya dengan tersipu.
Perempuan yang bekerja di Bidang Komunikas Museum Tsunami itu melepas masa lajangnya pada 2013 lalu dengan laki-laki yang juga bekerja di museum tersebut.
Mereka bukan satu-satunya sejoli yang mengabadikan sejarah hidup di salah satu tempat paling bersejarah bagi warga Aceh tersebut.
Tak heran, bangunan artistik karya Wali Kota Bandung yang akrab disapa dengan Kang Emil tersebut mengawinkan modernisasi dan kearifan lokal dalam satu landscape.
Detail museum
Di sini pengunjung diajak melakukan napak tilas mengenang tsunami dengan merasakan atmosfer yang dibangun.
Mulai dengan memasuki terowongan diapit beton dengan gemuruh air , sumur doa tempat nama-nama korban tercantum, lorong kebingungan yang mnggambarkan kehidupan usai disapu tsunami, hingga jembatan harapan yang membentangkan bendera negara donatur yang membuat Aceh kembali bangkit dari keterpurukan.
Turun ke lantai 1 anda disambut kolam beratmosfer modern dengan ikan hias yang menari nari.
Pinggirannnya diapit dengan batuan yang juga menukilkan nama-nama negara donatur.
Aceh thanks to the world.
Jangan lupa memasuki ruang audio visual tempat pemutaran film dokumenter saat badai tsunami mengamuk dan meluluh lantakkah segala yang ada.
Di sampingnya ada ruang pamer yang memampang kehidupan rakyat Aceh sebelum, saat, dan paska bencana itu terjadi.
Di sini anda bebas berkelana ke setiap sudut serta berfoto ria.
Tinggalkan dulu bekal anda, karena demi alasan kebersihan pengelola museum melarang pengunjung membawa serta makanan dan minuman.