Namun, menurutnya, dengan harga Rp 1 juta, pembeli sudah mendapat biola bersuara aduhai.
Untuk biola kualitas koleksi, dia membanderol Rp 2 juta yang berbahan kayu dan Rp 3 juta untuk biola bambu.
Ngatmin memang masih membuat biola kayu selain memroduksi biola bambu.
Selain biola, dia juga membuat hardcase atau tempat menyimpan biola.
Untuk wadah ini, dia memberi sentuhan Jawa berupa balutan kain baik khas Kudus.
"Hambatan yang dialami adalah soal pemasaran. Produk lokal seperti ini masih kalah dari produk luar negeri. Padahal, kualitasnya setara atau bahkan melebihi," tandas Ngatmin.
Selain ikut pameran, untuk memperkenalkan buah karyanya, Ngatmin sering ikut lomba UMKM.
Tak sedikit penghargaan yang dikantongi.
Terakhir, dia menggondol juara dua lomba kreativitas dan inovasi yang diadakan Pemkab Kudus.
Ngatmin berharap, inovasinya membuat biola lebih memasyarakat di Kota Santri.
Dia juga ingin, belajar biola menjadi ekstrakurikuler di sekolah.
Dia bertekad mengajukan gagasan ini ke Dinas Pendidikan Kudus. (*)