Proses terakhir dari pengerjaan pembuatan wayang tersebut adalah pemasangan "gapet" atau pegangan wayang yang biasanya terbuat dari tanduk kerbau.
Wayang dari Gendeng memang dikenal akan kualitasnya, maka tak heran dalang terkenal di Indonesia seperti Ki Hadi Sugito dan Ki Timbul memiliki wayang produksi Gendeng.
Lebih lanjut Suprih mengatakan, selain para dalang, saat ini yang banyak memesan wayang adalah mereka para kolektor.
Selain membuat wayang sesuai dengan pakem yang telah ada, para pengrajin di Gendeng saat ini juga memproduksi miniatur, dan souvenir berbentuk wayang seperti gantungan kunci.
Souvenir dan miniatur tersebut juga dengan kualitas yang baik dan terbuat dari kulit asli.
Untuk harga kerajinan yang dihasilkan para pengrajin di Gendeng tersebut sangat bervariasi.
Mulai dari Rp. 10 ribu untuk souvenir berukuran paling kecil, hingga wayang kulit berukuran besar (biasanya tokoh raksasa) yang harganya mencapai Rp. 2.500.000.
Dusun Gendeng pernah mengalami masa jaya, yakni sebelum reformasi, sekitar tahun 1997 ke belakang.
Namun sejak krisis moneter yang terjadi tahun 1998 jumlah pengrajin wayang di Gendeng ini berkurang drastis.
A photo posted by Imar Kurnia (@imar_kurnia) on Jan 19, 2016 at 3:20am PST
Pada masa jayanya pengrajin wayang kulit di Gendeng ini mencapai 125. Naiknya bahan baku membuat para pengrajin tidak mampu bertahan.
Lebih-lebih pesanan wayang pada saat krisis moneter juga menurun drastis.
Dusun ini bisa dijangkau melalui sentra pengrajin keramik dan gerabah Kasongan.
Dari Kasongan pengunjung disarankan untuk terus mengikuti jalan di Kasongan menuju ke arah barat.
Kurang lebih pada jarak 2 kilometer dari Kasongan pengunjung akan sampai di Dusun Gendeng.(*)