“Ketika turis asing itu ingin mengeksplorasi lebih tentang tanaman tersebut, sering kita arahkan untuk ke Bengkulu. Kita kasih kontak orang sana yang mengelolanya, terlebih jika yang datang peneliti-peneliti dari luar negeri,” tambahnya.
Sofi bercerita ketika tim dari Kebun Raya berangkat ke bengkulu, bunga raflesia arnoldii akan mudah ditemui. Salah satunya di kebun-kebun milik warga.
Sayangnya ketika masyarakat belum mengetahuinya, tanaman tersebut akan dianggap sebagai hama perkebunannya.
Karena mayoritas hasil kebun di sana ialah kopi, ketika bunga tersebut mengeluarkan bau bangkainya akan sangat bagi petani kopi.
KOMPAS/ADHITYA RAMADHANBunga Rafflesia arnoldii mekar di hutan Cagar Alam Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu, Rabu (15/5/2013).
“Sebenarnya ini sangat potensial juga ingin ditata untuk pariwisatanya Bengkulu. Kita juga sempat membawa perwakilan negara-negara tetangga untuk memperkenalkan bunga bangkai dan raflesia ke sana, tapi ketika di sana kami malah menemukan bunga bangkai yang telah dipotong,” ujar Sofi.
Dari informasi yang dihimpun, di Kebun Raya Bogor sendiri ketika bunga langka itu mekar, baik bunga bangkai atau raflesia padma, pengunjung dapat mencapai 1.000 orang ketika weekend.
Jika hari biasa dan dipublikasikan masif, dapat mencapai 600 pengunjung.
Sofi mencontohkan apresiasi dari warga Korea, saat tim Kebun Raya Bogor berhasil membawa hidup-hidup bunga bangkai dalam acara International Holticulture, di Goyang City, Korea selatan.
Terdapat lebih dari 60.000 wisatawan yang datang dan melihat bunga endemik Indonesia tersebut, selama acara berlangsung.