"Yang kecil-kecil itu, Bu," jawab Madi.
Tak lama kemudian, Israwati tampak sibuk memilih-milih papakin tersebut.
Dia memborong beberapa buah.
Kepada BPost Online, dia mengaku sangat menyukai buah ini karena rasanya yang manis dan khas.
"Buah ini kan musiman. Adanya hanya setahun sekali. Rasanya manis, enak. Seperti durian tetapi ini beda banget sama durian. Saya suka sekali. Setahu saya cuma ada di Kalimantan," katanya.
Penjual papakin lainnya, Alan, juga kerap berdagang dari sore hingga tengah malam.
"Saya jual paling murah Rp 5.000, paling mahal Rp 50.000. Ada juga yang Rp 50.000 dua biji. Beda-beda, tergantung kualitas buahnya," sebutnya.
Saban malam, lapak-lapak pedagangnya ini kerap disinggahi pembeli.
Maklum saja, buah ini jika sedang musimnya sangat laris diborong pembeli karena banyak penggemarnya.
Untuk mengetahui matang atau tidaknya, Anda bisa mencium aromanya dari kulitnya di dekat batangnya.
Jika tercium aroma wangi yang kuat, maka bisa dipastikan itu sudah matang.
Kalau tak tercium wangi apa pun, itu tandanya papakinnya masih mentah atau masih setengah matang.
Sebab, terkadang ada saja kulitnya yang tampak dari warnanya seperti sudah matang dan ranum, namun saat dicium tak beraroma apapun.
Biasanya, jika dibelah, dagingnya ternyata masih mentah dan warnanya pucat.
Lokasi tempat mangkal para pedagangnya ini sangat mudah dicari karena di tepi jalan negara.
Di situ banyak dilalui berbagai jenis kendaraan dari pribadi hingga umum.
Jika ingin naik angkutan kota, bisa memilih jurusan ke Terminal Induk Km 6 atau Pasar Sentra Antasari dengan tarif Rp 4.500 per orang jauh dekat. (Yayu Fathilal)