Menurutnya, dengan harga terjangkau pengunjung bisa mendapatkan hidangan ala Mighty Melt yang benar-benar bisa mengenyangkan.
“Dalam dunia kuliner ada dua istilah, yaitu lapar mata dan lapar perut. Di sini saya ingin para foodies di Bali bisa mengatasi kedua rasa lapar tersebut,” jelas pria berkacamata itu.
Sebagai burger house, Mighty Melt memang memfokuskan penyajian pada satu di antara hidangan yang masuk kategori western food itu.
Tribun Bali/Ayu Dessy
Pada penyajian burger, bahan yang tak boleh dilupakan adalah patty.
Bisa dikatakan cita rasa patty inilah yang membuat burger tidak bisa disamakan dengan tempat lainnya.
“Sebenarnya yang paling lama itu buat patty karena kita bikin sendiri dari daging sapi cincang. Saya belajar buatnya secara otodidak dari beberapa sumber internet di luar negeri, seperti Jamie Oliver. Pertama saya coba, rasanya agak plain dan taste-nya kurang. Kemudian saya coba-coba lagi dan akhirnya dapat rasa seperti patty yang sekarang,” tuturnya.
Beberapa trial and error ia jalankan untuk mendapatkan rasa patty yang disukai banyak orang.
Hal itu juga tak terlepas dari masukan teman-temanya yang sudah mencoba burger di Mighty Melt.
Setiap satu patty untuk burger ditakar dengan berat 100 gram.
Kombinasi bermacam bumbu yang tercampur rata dengan daging sapi giling memberikan rasa dan aroma yang nikmat.
Tekstur patty-nya juicy dan tidak kering alias lembut.
Rasa gurih, pedas, manis, dan asin menyatu dengan komposisi yang tepat.
Mighty Melt yang buka dari pukul 18.00-23.00 Wita memberikan suasana yang santai saat makan dan berkumpul.
Dengan ruangan yang semi terbuka, ada kesan vintage yang cukup terasa.