Yaitu ketan unti, pisang udang dan apem kinca.
Ketiganya merupakan camilan warisan nenek moyang mereka, dan mempunyai waktu tersendiri untuk menikmatinya.
Lelah menari-nari ala folk keroncong cafrinho, pemandu mengajak wisatawan beranjak ke suatu rumah tertua di Kampung Tugu.
Ternyata sang pemilik ialah Andre Van Mardijkers. Menurut Andre, rumah tersebut berusia lebih dari 250 tahun.
Dengan masih mempertahankan atap, tiang-tiangnya, bangunan tersebut seperti ditelan bumi secara perlahan.
Dari pengamatan KompasTravel, tinggi tanah diluar rumah lebih tinggi sekitar 50 centimeter dari permukaan lantai dalam rumah.
KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia - Walaupun banyak tersebar di benua Asia egg tart khas Portugis yang asli memiliki beberapa ciri tersendiri.
Keluarga besar Van Mardijkers pun menyambut wisatawan dengan permainan keroncong yang hampir sama dengan bahasa Portugis, tapi ada beberapa lagu yang diadopsi dari keroncong masa kini, seperti lagu gambang Semarang.
Di sinilah salah seorang keluarganya masih sangat fasih berbahasa Portugis.
Frederico dan Debora, wisatawan asing asal Portugis dan Brazil itu pun berinteraksi dengan asyiknya.
Di sini, para wisatawan dijelaskan silsilah keluarga Van Mardijkers mulai nenek moyangnya yang mendiami rumah tersebut sejak zaman penjajahan.
Lelah bercerita, santap siang khas Kampung Tugu pun sudah tersedia, di antaranya ada pindang serani, gado-gado tugu, hingga kue khas egg tart.
Penasaran dengan resep dan cara memasaknya? Rosalia, istri Andre Van Mardijkers pun dengan ramah memperagakan demo memasak hidangan khas tersebut di depan wisatawan.
Kompas.com/Muhammad Irzal A