Dikatakan Ragil menyebut, resep kuliner yang yang otentik rentan punah. Ragil menyebut ada empat sebabnya?
Pertama, jarang pemiliki resep asli menuliskan resep otentik itu dalam bentuk tulisan, kebanyakan masih dalam bentuk lisan.
Kedua, bahan saat ini susah didapatkan. “Kalaupun mendapatkan, harus berasal dari daerah lainnya dan meski bahan bumbunya sama, tapi karena tanamnya di beda wilayah rasannya jadi beda,” katanya.
Baca: Tak Banyak yang Tahu, Nagita Slavina Ternyata Pernah Jadi Seorang Guru
Ketiga, generasi berikutnya tidak tertarik untuk melanjutkan bisnis kuliner, karena beranggapan bisnis kuliner tinggalan orangtua bisnis kuno dan umumnya memilih bekerja di kantoran.
Ragil mengingatkan, setiap makanan yang otentik dan tradisional memiliki cerita atau sejarah sehingga harus dilestarikan.
"Kalau tidak dilestarikan atau dijaga keberlangsungannya bakal punah. Nah, generasi selanjutnya sangat berperan ini," katanya.
Lalu bagaimana mempertahankan kuliner agar tetap otentik? "Generasi penerus harus memiliki semangat unutuk melanjutkan usaha dengan memberikan bahan racikan yang terbaik," katanya.
Kemudian cara masak harus tetap otentik,pengemasan disesuaikan dengan masanya dan kebersihan tempat usaha harus tetap dijaga.
Peran generasi penerus dalam usaha kuliner agar tetap otentik sangat besar.
Adalah Eko Setiyabudi sebagai generasi kedua yang meneruskan usaha “Warung Sate dan Tongseng Pak H. Budi”.
Sejak ayahnya, almarhum Senen Riyanto memulai usaha ini tahun 1985, Eko sudah menyaksikan sendiri perjuangan sang ayah memulai usaha dari nol dan ia telah menjadi bagian dari perjuangan tersebut.
Pak Senen mewariskan semua rahasia kelezatan hidangan di warungnya ke tangan Eko, dan semua warisan itu tetap Eko jalankan sampai sekarang.
Telah bekerja di perusahaan dan diminta melanjutkan bisnis rintisan samh ayah, sempat membuat Eko mengalami dilema.
"Dukungan ibun dan adik-adik saya, saya bertekad melanjutkan usaha keluarga ini," katanya.