TRIBUNNEWS.COM - Tradisi sedekah bumi bukanlah hal asing bagi masyarakat yang lahir dan besar di Pulau Jawa.
Setiap daerah punya ritualnya masing-masing untuk merayakan indahnya berbagi pada sesama.
Begitu pun warga Surabaya yang rutin menggelar tradisi ini dengan meriah setiap tahunnya.
Secara filosofis, sedekah bumi digelar sebagai wujud rasa syukur warga akan rezeki yang sudah diberikan Tuhan.
Karenanya, para warga berduyun-duyun mengumpulkan hasil bumi untuk dibagikan kepada warga di sekitar tempat tinggal.
Agar suasana kebersamaan makin terasa, digelar pula berbagai acara unik, seperti arak-arakan gunungan, pagelaran seni tradisional, hingga gulat okol.
Tradisi sedekah bumi biasanya diawali dengan mengumpulkan hasil bumi di balai desa
Warga Surabaya mengawali tradisi sedekah bumi dengan bersama-sama mengumpulkan hasil bumi seperti buah, sayuran, dan kue tradisional ke balai desa.
Hasil bumi yang dikumpulkan warga tersebut nantinya akan dibuat menjadi gunungan.
Hal menarik, sembari membawa hasil bumi ke balai desa, warga berdandan sedemikian rupa mengenakan pakaian tradisional, topi dedaunan, hingga kostum tokoh pewayangan.
Setelah gunungan selesai dirapikan, para warga saling bahu-membahu menggotong gunungan dan mengaraknya menuju balai desa tetangga.
Seluruh kegiatan dari mulai mengumpulkan makanan, membuat gunungan, hingga arak-arakan dilakukan warga dengan bergotong royong.
Selain menunjukkan rasa kemanusiaan dengan berbagi rezeki, tradisi sedekah bumi dapat pula menjadi sarana mempererat silaturahmi dan semangat gotong royong antarwarga.
Agar makin meriah, tak lupa pula digelar pertunjukkan seni tradisional