News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Filosofi di Balik Sate Ceroncong, Jamuan Tamu Agung di Puri Ubud Bali

Penulis: Sri Juliati
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sate Ceroncong menjadi sajian istimewa di keluarga bangsawan Ubud, Tjokorda Kerthyasa.

Bila pada resep terdahulu, Sate Ceroncong memakai daging bebek, kini Gung Niang mencoba menggantinya dengan daging ayam.

"Ini baru coba sekarang," kata Gung Niang.

Mendengar hal itu, Happy dan Maya merasa senang karena menjadi bagian sejarah pembuatan Sate Ceroncong Ayam.

Rupanya, proses pembuatan Sate Ceroncong sangat berbeda dengan sate kebanyakan, bahkan jauh lebih rumit.

Mulai dari menyiapkan bahan, membumbui, menghaluskan, hingga membakarnya di atas arang batok kelapa, semuanya memiliki teknik tersendiri.

Gung Niang sempat kesal karena adonan daging Sate Ceroncong tidak sesuai harapannya.

Hal ini karena daging ayam memiliki lebih banyak urat ketimbang daging bebek.

"Kayaknya Niang bad mood, karena adonan dagingnya tidak menyatu. Jadi Niang perlu mencampurkan kuning telur untuk membuat adonan menyatu," ujar Maya.

Namun kekesalan Gung Niang tak bertahan lama setelah melihat adonan dagingnya akhirnya menyatu.

Tjokorda Sri Maya Kerthyasa atau Maya menjelaskan makna dan filosofi di balik Sate Ceroncong (Tangkap Layar Mola TV)

Melihat bagaimana proses dan cara pembuatan Sate Ceroncong yang begitu rumit, membuat Maya semakin menghargai masakan Bali.

Pasalnya, dalam masakan Bali, terlebih pada bumbunya, sangat beraroma dan rumit.

"Ada banyak simbol yang terkandung dalam setiap masakan," ujar Maya.

Maya menambahkan, ada banyak aksentuasi di Bali yang membuat segala masakan menjadi indah.

Baik dalam aroma masakan, cita rasa, maupun perasaan untuk alam.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini