"Kalau tarifnya selangit seperti ini, itu bukan untuk kepentingan konservasi, tapi untuk kepentingan komersialisasi. nanti hanya orang kaya saja yang bisa masuk," sambung dia.
Menurutnya, jika manajemen Candi Borobudur memerlukan biaya operasional yang tinggi untuk melakukan konservasi candi, seharusnya dapat dilakukan dengan cara lain bukan dengan menaikan tarif tiket.
Baca juga: GIPI Minta Pemerintah Gencarkan Sosialisasi Sebelum Naikkan Harga Tiket Borobudur Jadi Rp 750 Ribu
Misalnya, manajemen dapat mengeksplorasi kawasan candi dengan wahana wisata yang lain yang dapat dikomersialisasikan.
"Contoh, candi ternama di Kambodia, Angkor Wat, yang lebih terkenal dari Borobudur, tarifnya masih murah, untuk orang asing saja hanya 20-26 dollar AS. Angkor Wat tetap eksis, bisa mendatangkan jutaan turis juga," ucapnya.
Sejak akhir pekan lalu, warganet dikejutkan dengan rencana kenaikan tarif tiket Candi Borobudur yang sampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan melalui akun Instagramnya.
Warganet pun melontarkan komentar pro atau kontra menurut sudut pandang masing-masing.
Bagi warganet yang setuju, harga tiket tersebut sepadan mengingat Candi Borobudur merupakan cagar budaya yang perlu dilestarikan dan pelestariannya butuh biaya yang besar.
Namun bagi warganet yang tidak setuju, harga tiket tersebut dinilai terlalu tinggi sehingga dikhawatirkan masyarakat tidak dapat mengenal lebih dekat Candi Borobudur.