News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tawuran Pelajar

Tawuran Buah Penerapan Sistem Kapitalisme-Sekularisme

Editor: Widiyabuana Slay
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Salah seorang dari emam tersangka siswa SMA 70 (tengah) yang terlibat tawuran hingga menewaskan Alawi tiba di polres Jakarta Selatan, Jumat (12/10/2012). Tersangka ini menjalani rekontruksi tertutup untuk media sesuai dengan pasal undang undang perlindungan anak pasal 64 ayat 2 huruf (G. TRIBUNNEWS/HERUDIN

TRIBUNNEWS.COM - Maraknya tindakan kekerasan seperti bullying dan tawuran, serta  berbagai penyimpangan perilaku yang dilakukan kalangan pelajar akhir-akhir ini menimbulkan kekhawatiran banyak pihak. Berdasarkan data Komisi Nasional Perlindungan Anak/Komnas Anak  sepanjang enam bulan pertama tahun 2012 terdapat 139 kasus tawuran pelajar, 12 di antaranya menyebabkan kematian. Sementara tahun 2011 ada 128 kasus. Fenomena memprihatinkan ini sudah semestinya menjadi cambuk dan momen penting bagi keluarga, sekolah dan negara untuk melakukan evaluasi terhadap pola pendidikan generasi.

Langkah mengembalikan peran keluarga, peningkatan pengawasan sekolah dan perbaikan cara mengajar guru, revitalisasi kurikulum bahkan penanaman pendidikan karakter tidak akan berjalan efektif dan tidak bisa menuntaskan persoalan bila tidak dilandasi kesadaran terhadap persoalan mendasar yang melingkupi. Kasus tawuran adalah satu kasus yang tidak bisa dianggap terpisah dari kasus-kasus kenakalan dan penyimpangan perilaku lainnya. Seks bebas, geng motor anarkis, bullying, konsumsi narkoba, kecanduan ngelem, mencuri, memperkosa, membunuh bahkan menjual remaja lain untuk tujuan prostitusi adalah juga  potret lain remaja dewasa ini. Apa yang menyebabkan terjadinya berbagai penyimpangan perilaku remaja ini?

Sebagai organisasi politik yang serius mengupayakan masa depan yang lebih baik bagi bangsa ini, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia menyatakan:

  1. Sistem Kapitalisme yang diadopsi sebagai ideologi negara ini telah melahirkan kebebasan berkeyakinan, berperilaku, berpendapat dan memiliki harta. Inilah yang mendasari penerapan konsep hak asasi manusia (HAM). Akibatnya semua orang termasuk remaja merasa berhak berbuat apapun, tak peduli orang lain terganggu dengan ulahnya. Perbuatan-perbuatan asusila pun sudah dianggap biasa, karena yang lain juga melakukannya. Inilah yang menjadi sumber lahirnya berbagai penyimpangan perilaku.
  2. Sekularisme yang mewarnai sistem pendidikan menjadikan pendidikan agama hanya  formalitas belaka, tidak ada strategi untuk menjadikan tuntunan agama difahami dan beikutnya diamalkan oleh anak didik, sehingga berpengaruh dalam perilaku kesehariannya. Karenanya sistem pendidikan telah gagal menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, yang tidak sekedar IQ-nya yang tinggi tapi juga memiliki iman yang kuat dalam kehidupannya.
  3. Berkembangnya budaya permisif, serba boleh dan hedonis telah memberikan pengaruh buruk pada pembinaan generasi. Juga adanya kepentingan ekonomi untuk membiarkan media menayangkan kepornoan dan kekerasan.  Hal ini diperburuk dengan lunaknya sanksi bagi pelaku kriminalitas remaja sebagaimana ditetapkan dalam Rancangan Undang-undang Peradilan Anak. Semua itu  semakin menunjukkan tidak adanya keseriusan pemerintah untuk menciptakan iklim kondusif bagi pembinaan generasi.

Jangan berdiam diri membiarkan bangsa ini kehilangan sumber daya manusia yang mumpuni di masa mendatang karena para remajanya  rusak. Kita membutuhkan sistem pengganti untuk menuntaskan permasalahan tersebut. Sistem pengganti tersebut adalah Islam sebagai ideologi dan sumber aturan kehidupan. Islam memiliki sistem yang sempurna untuk mengatur kehidupan manusia termasuk remaja. Semua subsistem terintegrasi dalam kesamaan visi untuk taat kepada Allah SWT, Sang Pencipta manusia, kehidupan dan alam semesta yang disediakan untuk manusia.

Sistem pendidikan pun mendukung visi tersebut. Sekolah merupakan ajang untuk mendapatkan ilmu untuk diaplikasikan dalam kehidupan. Anak didik dibekali pemahaman Islam yang kuat untuk kehidupannya. Ketika mereka terjun ke masyarakat, halal dan haram otomatis akan menjadi landasan aktifitasnya. Perilaku yang menyimpang tidak akan teraplikasi dalam kehidupan.

Negara Islam (Khilafah Islamiyah) akan mengeliminir fasilitas-fasilitas yang bisa mengakibatkan perilaku menyimpang remaja, semisal tayangan kekerasan, situs- situs pornografi, tempat-tempat nongkrong remaja atau rumah-rumah dugem. Negara juga akan memberikan hukuman yang tegas terhadap perilaku menyimpang, karena Islam juga memiliki sistem sanksi yang jelas dan adil.

 Sudah selayaknya sistem kapitalisme sekularisme yang penuh dengan kerusakan ini diganti dengan sistem Islam yang penuh dengan keharmonisan dan kemaslahatan. Marilah bersegera mewujudkannya!

        يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ         Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (QS al-Anfal [8]: 24)  

 

 

 

 

 

Jurubicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia

Iffah Ainur Rochmah

 

 

TRIBUNNERS TERBARU


Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini