News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tragedi Asap

Politisasi Asap dan Sikap SBY

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas menaikkan bendera merah putih diantara kabut asap tebal menyelimuti kota Pekanbaru, Selasa (25/6/2013). Pemerintah melakukan sejumlah upaya guna mengurangi terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang lebih luas dengan melakukan hujan buatan serta penambahan personil pemadaman kebakaran. (Tribun Pekanbaru/Melvinas Priananda)

Laporan Tribunners Toni Ervianto *)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kebakaran hutan yang meliputi 265 titik di daerah Riau telah menyebabkan negara tetangga, Singapura dan Malaysia, diselimuti asap sejak pertengahan Juni lalu, bahkan kabut asap tersebut dinilai lebih buruk dari kejadian pada tahun 1997-1998 yang menyebabkan kerugian US$ 9 miliar. Asap juga menyebabkan ketegangan diplomatik.

Singapura dan Malaysia menuntut Indonesia berupaya lebih untuk menghentikan kabut asap. Indonesia juga didesak untuk meratifikasi perjanjian asap lintas batas ASEAN yang ditandatangani tahun 2002. Indonesia satu-satunya negara yang belum meratifikasinya.

Pemerintah Indonesia mengatakan dokumen ratifikasi sudah ada di parlemen, setelah pernah ditolak tahun 2008 oleh DPR RI. Kebakaran tahun ini, menurut World Resources Institute, titik api paling banyak berada di wilayah anak perusahaan Sinar Mas dan Raja Garuda Mas pada rentang 20-23 Juni 2013.

Pascakebakaran hutan tersebut, pemerintah melalui BNPB dan TNI serta Polri melakukan aksi untuk melakukan pemadaman baik melalui darat dan udara, antara lain penyemaian awan, bom air, serta cuaca yang lebih baik. Dalam perkembangan terakhirnya, upaya ini menimbulkan hasil cukup positif dengan berkurangnya titik api.

Berdasarkan pemantauan satelit pengindraan jauh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) 18, di Riau saat ini hanya ada satu titik kebakaran hutan dan lahan alias hotspot. Titik kebakaran itu terletak di wilayah Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.

Padahal, pada awal pekan lalu, tepatnya 24 Juni 2013, titik api yang terpantau di daerah Riau masih sebanyak 265 titik.

Menyikapi dampak kebakaran hutan yang telah merepotan warga di Singapura dan Malaysia, maka beberapa hari yang lalu Presiden SBY menyampaikan permohonan maaf yang diyakini untuk meredakan ketegangan yang ada. Permohonan maaf telah diterima dengan lapang dada oleh PM Lee Hsien Loong.

Sikap Pemerintah Indonesia melalui Presiden SBY tersebut diapresiasi oleh negara tetangga, seperti dikemukakan mantan Perdana Menteri Singapura Goh Chok Tong memuji kemampuan Indonesia menangani kabut asap. Dalam pernyataan yang ditulis di Facebook-nya Minggu (30/6/2013), Goh berterima kasih kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Goh menyebut Presiden SBY telah memperlihatkan kepemimpinan yang kuat dalam menghadapi krisis transnasional ini.

“Sahabat saya, Presiden SBY, merupakan sosok negarawan yang telah menunjukkan itikad yang tulus untuk menyelesaikan persoalan bersama ini," tulis Goh.

Yang menarik, Goh tidak lupa mengkritik sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II yang dinilainya memyampaikan pernyataan yang kasar, bermusuhan, dan tidak konstruktif.

Presiden SBY menunjukkan bahwa dia berbeda dengan sejumlah menterinya.

Goh menyambut baik berkurangnya jumlah titik api di Provinsi Riau. Dia juga memuji pembuatan hujan buatan oleh Pemerintah Indonesia yang dinilainya sangat membantu. Goh mendesak Pemerintah Indonesia untuk lebih tegas mengimplementasikan penegakan hukum.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini