News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Revolusi Mental Butuh "JOB"

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Joko Widodo didampingi Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, Kapolri, Jenderal Pol Sutarman, Kepala BIN, Marciano Norman, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Marsetio, dan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Masekal TNI Ida Bagus Putu Dunia menggelar jumpa pers di halaman belakang Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Rabu (22/10/2014). Jumpa pers ini terkait pembaharuan alutsista, intelejen negara, dan juga kesejahteraan anggota TNI dan Polri. TRIBUNNEWS/HERUDIN

Yang kita butuhkan adalah kombinasi bayangan masa depan yang positif dan menkonstaskan masa depan dengan realita saat ini. Hal ini yang disebut Oettingen sebagai“Mental Contrasting”.

Konsep moperasional mental contrasting yang dikenalkan oleh Oetingen terdiri dari empat langkah proses yang disebut WOOP (Wish, Outcomes, Obstacte, Plan) yang merupakn kombinasi komitmen terhadap tujuan dan keinginan untuk mengimplikasikannya.

WOOP merupakan strategi yang berbasis bukti (evidence based strategy) yang dapat digunakan untuk mengubah harapan menjadi kenyataan, baik dalam kehidupan personal, komunal maupan bernegara. Dalam konteks WOOP, kronologis komitmen ke implikasi didahului dengan “wish” terlebih dahulu. Setelah wish ditentukan, carilah kemungkinan outcomes yang terbaik dari wish tersebut, dan tak kalah penting mencari hambatan-hambatan(obstacles) yang paling krusial.

WOOP menempatkan perencanaan diujung wish, outcomes dan obstacle terindetifikasi, sementara pada pemikiran konvensional misalnya POAC (Planning, Organizing, Actuating and Controling) menempatkan perencanaan di depan dengan hambatan sebagai contingency, sehingga ketika terjadi hambatan, harus merevisi lagi perencanaan. Pada WOOP, perencanaan diperkuat dengan asosiasi antara hambatan dan tindakan.

Berbagai study menunjukkan bahwa mental contrasting membantu mencapai derajat keberhasilan yang lebih baik. Dengan rujukan tersebut, kita perlu membangun optimism yang sesuai kapasitas dan daya dungng yang tersedia, sekaligus memperkuat nilai peradaban “Sakatan” (satunya kata dengan perbuatan).

Sehingga revolusi mental adalah landasan basis untuk memperlebar jiwa besar, memupuk optimisme, dan memperbanyak cerita dan daya upaya berkarya yang dihasilkan dari waktu ke waktu. Dengan kata lain revolusi mental butuh JOB (butuh Jiwa besar, Optimisme, dan Berkarya). Selamat datang “Revolusi Mental” !.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini