Oleh: Dody Susanto
Direktur Klinik Pancasila
TRIBUNNEWS.COM - Salah satu ciri peradaban maju dari sebuah negara adalah dominasi alam pikir warga negara untuk menghindar dari tindakan dan pelanggaran amanat konstitusi, hukum normatif dan kaidah yang berlaku.
Tiga perwujudan atau perbuatan yang sering mencerminkan level sebuah negara tengah "beradab" adalah besaran kecil dan menonjolnya pelanggaran lalu lintas oleh pengguna jalan secara" ter-adab", kemampuan menyiapkan kapasitas penjara yang "ke-adaban" dan penyelenggaraan pendidikan yang mencerminkan "per- adab-an".
Jika proses yang melibatkan kepatuhan keteraturan dan ketaatan dijalankan sepenuh pikir hati kaki oleh semua warga negara maka sesungguhnya hukum dalam arti sanksi sudah menepi tanpa turun tangannya aparat yurisdiksi.
Membangun negara tanpa Tindakan Pelanggaran atau Ti-lang adalah upaya strategis untuk menciptakan sebuah tatanan negara ideal yaitu tanpa penjara. Sudah tiba masa visi negara hukum tidak hanya dimanifestasikan dengan terbitnya berbanyak banyak aturan melarang ini itu, melainkan mendorong hukum dalam level pemaknaan kesadaran untuk menjaga koridor etika moral budaya dan agama tumbuh otentik dalam setiap perbuatan warga negara dan ini sesungguhnya kerja peradaban yang orisinil.
Jika turunan gagasan ini membutuhkan penguatan mendasar dapat dimulai dengan Gerakan Takut Tuhan untuk mendorong penciptaan kesadaran hakiki bahwa Tuhan Melihat, Malaikat, Mencatat.
Basis operasional dapat dirancang Gerakan Langsung Aksi Doa Iman Taqwa atau GLADI Taqwa sebagai pengukuhan akumulasi bobot peningkatan kesadaran hadirnya keimanan dan ketaqwaan.
Modal ikutan yang berharga ini jika ditumbuhkan dengan kultur yang kondusif tentang perencanaan aktivitas hidup dengan Gerakan Bangun Pagi 04.20 WIB akan memberikan kekuatan yang maksimal dalam upaya kesamaptaan jasmani dan rohani khususnya dikalangan generasi bangsa.
Jika rangkaian gerakan ini mampu ditumbuhkan dengan seksama di keluarga sekolah dan masyarakat , sumber daya manusia Indonesia atau Sudami akan memacu peningkatan skala produktif sebagai bangsa yang diisi percakapan dan pertingkahan anak bangsa yang gandrung pada olahbudipekerti akhlak terpuji atau obat untuk menghadirkan generasi nihil pelanggaran etika moral budaya dan agama, sehingga dapat menginisiasi wajah negara hukum yang Indonesianis.
Beberapa saat ini Kepolisian Negara RI meluncurkan Operasi Simpatik di jalan raya yang merupakan upaya pre-emtiv dan preventif kepolisian untuk menumbuhkan budaya kesadaran dan kepatuhan hukum yang berbasis keinginan mewujudkan tertib berlalu lintas yang permananen.
Dengan program ini setidaknya Kepolisian menyampaikan pesan kepada pengguna lalu lintas untuk merencanakan tujuan perjalanan dengan jelas, persiapakan perjalanan dengan doa, melatih berfikir positif dan saling memperkuat pengertian antara aparatur lalulintas dengan pengguna jalan tentang hakikat sesungguhnya peran kepolisian sebagai pelindung pengayom pelayan dan penegak hukum sehingga dapat menciptakan negara tanpa tindakan pelanggaran atau Ti-Lang. Semoga!