Oleh
Dr. Taruna Ikrar, MD., PhD
(Adjunct Professor, University of California, Amerika Serikat, dan Direktur Brain Circulation Institute of Indonesia, Surya University)
Berpuasa pada bulan Ramadan bagi kaum muslimin, secara hakekat bukan hanya menahan dahaga dan lapar mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.
Tetapi lebih dari itu adalah suatu latihan psikis, mental dan tentu saja fisik biologi.
Secara psikis, bagaimana orang yang menjalankan puasa tersebut akan semakin memiliki jiwa dan perilaku sehat, dan tentunya menjauhkan pikiran dan perbuatan dari hal-hal yang bisa mencederai hakekat berpuasa, sehingga kedepan bisa menjadi manusia yang berakhlak mulia.
Selanjutnya, puasa bukan hanya bermanfaat dari segi perkembangan jiwa dan spritual, namun lebih jauh dari itu juga bermanfaat pada kesehatan tubuh, khususnya proses regenerasi dan fungsi Otak.
Otak adalah bagian paling kompleks pada tubuh manusia. Sebagai pusat berpikir, mengingat, inovasi, dan penafsiran terhadap fungsi panca indra, inisiator gerakan tubuh, dan pengendali perilaku.
Otak pula sumber semua kualitas yang mendefinisikan kemanusiaan kita.
Otak itu permata tubuh manusia yang sangat penting, karena menentukan semua aspek kehidupan kita sebagai mahluk biologi, dan mahluk sosial.
Fungsi dan kerja otak telah diteliti sejak berabad-abad lamanya, dalam upaya mengungkap berbagai misteri otak yang sangat kompleks.
Hal yang luar biasa, sejak 10 tahun terakhir, para ilmuwan telah memperlihatkan percepatan penelitian dalam ilmu saraf dan perilaku didukung pengembangan teknik penelitian baru.