News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Kearifan Bumi Pancasila

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kick off 1.000 Dokter Pancasila oleh Aster Panglima TNI Mayjen Wiyarto didampingi Direktur Klinik Pancasila Dody Susanto pada Pencanangan Bela Pancasila-Bela Negara di Mabes TNI Cilangkap.

Oleh: Dody Susanto
Direktur Klinik Pancasila

TRIBUNNEWS.COM - Bila disimak, Pancasila mencakup—hampir—segala Ideologi. Ini adalah kenyataan yang mengayakan anak-anak negeri meraih kesempatan membangun segalapotensi bang sa di segala lini. Dari sini talenta anak-anak negeri ditantang untuk menangkap cita nilai universal Pancasila itu dan amanat kebangsaan menyongsong perubahan. Bukan suatu kesulitan melainkan tantangan dalam mengaplikasikan nilai- nilai Pancasila ini dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat fakta kebe-ragaman di negeri ini telah merupakan bagian ke-Bhinneka-an yang diterjemahkan dalam setiap silanya. Maka menjadi penting di sini untuk mengelola keberagaman dan keberbedaan itu dengan management diversity yang mampu me- lampaui segala bentuk kepentingan "daerahisme" yang primordial guna menuju "kejadian" persatuan bangsa.

Pengamalan dan Pengalaman Pancasila di masa- masa silam terlalu dini menapakkan Esensi Kesatuan (Tunggal Ika) Pancasila kepada seluruh lapis anak negeri, praktiknya ialah, kala itu, menjadi penyeragaman dan "pemaknaan paksa" atas nilai-nilai itu. Sehingga anak-anak negeri tidak dengan segenap talenta memahami Esensi Kesatuan (Tunggal Ika) itu dari ruang di mana ia berdiri di tanah negeri yang Bhinneka. Padahal Bhinneka (keberagaman dan keberbedaan) telah menjadi nuansa pergaulan di lingkungan komuniter dari setiap masyarakat mereka. inilah kenyataannya.

Dalam perasan setiap silanya, Pancasila mempunyai tujuan pernyataan Esensi Kesatuan (Tunggal Ika) dalam fakta Bhinneka (keberagaman dan keberbe¬daan). Dua sisi, Esensi Kesatuan dan Keragaman dan keberbedaan ini merestorasi nilai-nilai kenyataan dari dulunya Pancasila yang memang bersumberkan dari kearifan majemuk, yang mampu mengelola dan melestarikan diversitas faktual dan normatif anutan setiap masyarakatnya. Karenanya, Pancasila sendiri berbanding lurus dengan kenyataan bangsa yang dipayunginya, bahwa di bentangan pulau-pulau dan air (laut) ini ada keberbedaan dan keberagaman dalam kesatuan—Bhinneka Tunggal Ika.

Penerapan dan aplikasi wawasan ini di lingkungan kebangsaan dan kenegaraan di era Demokratisasi menyaratkan penyertaan talenta anak-anak negeri memahami seluruh kan-dungannya dan "kesabaran" berproses terus-menerus. Indonesia, Bumi Pancasila adalah rumah dengan segala ruang ekspresi bagi anak-anak negeri. Hal ini melempangkan seluas-luasnya seraya menerjemahkan Talenta anak-anak negeri sesuai dengan tujuannya menuju "kejadian" dan kemenjadian Bangsa Indonesia.

Bangsa ini, dengan pemahaman akan Esensi Kesatuan Pancasila (Tunggal Ika) yang disarikan dari fakta keberagaman dan keberbedaan (Bhinneka), dapat memampukan Talenta Anak Bangsa menyertakan kesadaran untuk mandiri, membangun, dan bangkit menjadi bangsa yang terhormat di lingku¬ngan Dunia internasional. Dalam konteks dan tujuan ini mengelola dan memenej keberagaman dan keberbedaan itu penting untuk menemukan kiat metodis dan aplikatif mempererat persaudaraan dan persatuan. Tidak ada lagi daerahisme, melainkan yang ada organisme-organisme (masyarakat dalam konteks Otonomi Daerah) yang bekerja, membangun dan ber-kesadaran maju menuju satu pangkal muara: Indonesia Satu.
Perbedaan adalah cobaan—sekaligus amanah dan tanggung jawab untuk menguji anak-anak negeri mengelola dan me-manage perbedaan itu menjadi rahmat, cinta kasih, dan rasa solidaritas solid di segala aras pergaulan kebangsaan dan kenegaraan. Baik sepi dari permasalahan ataupun, lebih-lebih, negeri tengah dirundung masalah. Di sini kita berdiri dengan pundak sendiri untuk bangkit maju bersama anak-anak negeri.

Satu hal yang menjadi keistimewaan Pancasila adalah Semua Nilai Pancasila itu Akuntabel dan Demokratis-lnklusif. Akan hal keistimewaan ini kita dapat mengakronimkannya menjadi Seni-Padi. Mengapa Seni Padi? Pancasila sendiri adalah hasil serapan sari pengalaman moyang bangsa ini yang melalui mulut dan akal terusan budi Sukarno terbahasakan menjadi sila-sila universal itu. Di dalamnya terdapat Nilai kaya keluhuran sikap dan santun dalam bergaul, sejak dari hal yang sifatnya lingkup kecil kemasyarakatan sampai tata-cara bernegara-bangsa.
Siapapun yang mengakukan Pancasila sebagai "anutan," falsafah hidup, pandangan dunia, maka ia akan ditemukan oleh nilai-nilai luhur dari setiap silanya untuk menjadi pribadi, warga, negarawan, atau apapun entitas kebangsaan yang luhur budi dan santun. Inilah Seni Padi yang menemukan kesamaan filosofi dalam pribahasa "Padi, makin berisi makin merunduk." Sejauh ini siapapun yang mengapli- kasikan nilai-nilai Pancasila akan menemukan altruisme dalam setiap lorong pemaknaan dan pemahamannya.

Semua nilai Pancasila akuntabel atau dapat diper- tanggungjawabkan universalitasnya dapat diuji secara filosofis maupun praksis. Pula dapat dipertanggungjawabkan secara akademis dan tentu juga secara aplikatif. Semua nilai-nilainya telah menjadi akar budaya bangsa. Bukti resultantifnya adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dimana ia merupakan materialisasi dari Bhinneka Tunggal Ika.
Sangat disayangkan, maka, apabila ini tidak atau belum menjadi kesadaran anak-anak negerinya— lebih-lebih tidak sabar dan sadar mendesakkan keinginan merusak nilai-nilai Esensi Kesatuan (Tunggal Ika) Pancasila.

Demokratis sebagai bagian truisme dari Seni Padi (Semua Nilai Pancasila Akuntabel dan Demokratis) merupakan bentuk Konsensus kebangsaan mengenai Kebenaran (truth) yang jika terus dipraktikkan akan menjadi Kepercayaan (trust) komunal-integratif bangsa yang tengah menjadi Satu. Kebenaran sendiri adalah sikap imparsial atas segala kecenderungan ke kanan atau ke kiri yang merusak Esensi Kesatuan (Tunggal Ika) Pancasila. Oleh karenanya ia sendiri menuju posisi benar universal.

Jika saja masyarakat memahami dan menghen- daki pemahaman ini, ma ka resultansinya ialah Kepercayaan, saling percaya mempercayai. Segala proyek kebangsaan tidak akan dikembalikan (hanya) untuk kepentingan primordial kelom-poknya. Ini menjadi catatan dan benang merah dalam mema¬hami bahwa Semua Nilai Pancasila itu Akuntabel dan Demokratis-inklusif.
Dalam perspektif Internasionalisme pun, Seni Padi Pancasila bisa dianjungkan sebagai fata pergaulan. Sebab ia adalah sifatnya terbuka I inclusive) terhadap segala kecenderungan blok dan kepentingan. Hanya satu yang dipihaki oleh setiap nilai dalam sila-sila Pancasila ialah Kebenaran. Sekarang peluang dan kesempatan ini terletak pada penganutnya, hendak diapakan

Pancasila yang kaya ini jika bukan untuk memaslahatkan Dunia?
Pendirian Negara Bangsa Indonesia ini bukanlah keterlanjuran atau ketaksengajaan dengan Ideologi Pancasilanya. Semua adalah kehendak batin bangsa ini untuk bersatu. Para Bapak bangsa telah lama memperjuangkannya dengan sengaja sampai penanda waktu 17 Agustus 1945 sebagai tonggak kemerdekaannya. Tugas pemuda yang mempunyai jiwa Taruna (Taat Aturan nilai kebenaran Rela berkorban Untuk Nusa dan Bansa) untuk terus menjaga keutuhan ini—dengan segenap talenta dan kreativitasnya di ruang masing-masing. Dan dari bumi Indonesia Pancasila semakin kuat menyemaikan kebestariannya untuk menguak kearifan buminya menyantun dan membimbing anak-anak negeri.

Semua Nilai Pancasila Akuntabel dalam diskripsi Seni Padi ini menunjukkan bahwa Pancasila sebagai Dasar Negara adalah Ketepatan Kebe-naran yang tidak kebetulan dalam mewujudkan persatuan bang- sa. Sebab Pancasila sendiri merupakan perwajahan universalitas dari segala nilai ideologi Dunia dan per¬wajahan majemuk dari keberagaman dan keberbedaan (Bhinneka) penganutnya (baca:penduduk negeri ini). Masing-masing sila saling menyokong satu sama lain untuk menerbitkan satu nilai dan etika kenega- raan dan kebangsaan. Ini menjadi jelas ketika Sila Pertama dapatmenjiwai bentuk implementasi sila-sila lainnya. Atau jika Sila Kedua menegaskan nilai-nilai semua sila Pancasila. Pun demikian ketika Sila Ketiga membawahi segala kehendak untuk benar semua nilai-nilai sila Pancasila, maka semuanya tetop ke dalam kerangka Esensi Kesatuan (Tunggal Ika) Pancasila.

Ketepatan Kebenaran bertemu dalam satu muara Esensi Kesatuan [Tunggal Ika) ini mendorong terbitnya Ketetapan Kepercayaan. Semua orang dari penduduk negeri ini mempercayai dan mempercayakan nilai- nilai Pancasila untuk "bekerja" demi kelangsungan kehidupan berbangsa. Dulu, hal ini dipahamkan betul oleh Sukarno ke seantero negeri. Dan semua penduduk mufakat demi persatuan. Sehingga Sukarno mem- bahasakan "Bangsa ini terdiri dari Suku-bangsa." "Suku" ialah kaki-kaki yang akan menopang kekokohan Bangunan Nasional Bangsa (Nation Building). Untuk itu, maka Sukarno memahamkan Pancasila sebagai jiwa dan karakter bangsa I National Character Building) kepada seluruh anak negeri. Sekarang Pancasila menemukan era keterbukaan, dan kesempatan bagi semua anak negeri merestorasi nilai-nilainya.

Ketepatan Kebenaran semua nilai sila Pancasila dengan universalisme nilai ideologi Dunia dan Kete- tapan Kepercayaan dari penganutnya membentuk al- truisme nilai-nilai yang menjadi bahan wacana per- suasif memahamkan setiap pemahaman yang menyimpang terhadap Jati-diri Pancasila yang sejatinya Inklusif (Terbuka) dan Universal. Sekaligus "pembenar" (membenari) duduk persoalan sebenarnya dalam pemahaman dan pemaknaan kandungan Pancasila yang selama ini menyimpang dari Esensi-kesa- tuannya, seperti yang terjadi sebelum era Reformasi.
Pancasila sendiri jika dipisah-pecah sila setiap silanya, tidak akan pernah menemukan Bumi "Faktual"-nya kecuali dalam bentangan gugus negeri ini. Di negeri ini, Keberagaman dan keberbedaan {Bhinneka} tidak hanya dalam warna kulitdan bahasa; keyakinannya pun berbeda. Anutan tradisi yang menjaga relung kebatinan setiap masyarakatnya satu sama lain tak sama. Di sinilah Pancasila bekerja memaknai fakta ini, menyerap sari kearifannya sembari memahami dan memahamkan Bangunan Jiwa Bangsa (National Character Building) kepada semua Putra Pertiwi menuju Esensi kesatuannya (Tunggal Ika).

Maka Seni Padi yang menera menjadi "Semua Nilai Pancasila Akuntabel, Demokratis dan Inklusif" dalam proses pemaknaan pengalaman dan pengamalannya menemukan titik altruisme paling luhur, ketika bangsa ini masih dan akan bersepakat dengan Kebenaran (truth) yang dikandungnya. Serta bangsa ini telah dan masih menemukan Ketetapan Kepercayaan akan nilai-ni lai universal Pancasila bekerja menginspirasi relung kehidupan berbangsa dan bernegara. Altruisme paling luhur ini ada pada dua panorama filosofis yang tertera dalam "Semua Nilai Pancasila Adil Dan Indah." Dalam Pancasila, Adil sendiri adalah bagian asasi dari Cita-ideal tatanan masyarakatnya da n Tujuan Eksistensial Pancasila. Sementar Indah sebagai manifestasi keber¬bedaan dan keberagaman (Bhinneka) yang saling melengkapi dalam Persatuan, adalah Kehendak Pe¬rennial Pancasila. Sejakdari itu maka bangsa ini ada.

Cita Ideal, Tujuan Eksistensial dan Kehendak Perenial Pancasila
MEMBAHASAKAN Nilai-nilai Pancasila ke dalam relung kehidupan bangsa ini memerlukan tindakan dan kepedulian untuk menindakkannya dalam la- pangan luas kehidupan. Jika semuanya terlaksana, maka Semua Nilai Pancasila itu Adil dan Indah merupakan cerminan etis dan filosofis dari Seni Padi (Semua Nilai Pancasila Akuntabel, Demokratis dan Inklusif). Di sini kita, bangsa ini, tertantang untuk mewujudkan dua panorama filosofis ini: Adil dan Indah.

Adil atau keadilan merupakan nilai yang terkandung dalam Sila Kelima Pancasila dan mendasari segala tujuan, dan maksud sila-sila lainnya. Sebab keadilan atau pun adil itu sendiri adalah gambaran posisi da n sikap seimbang (imparsial). Adil sendiri adalah Cita-ideal suatu tatanan masyarakat di manapun. Bahkan di pembukaan UUD 1945, kita tidak lagi menghendaki adanya penjajahan, yang merupakan bentuk kelaliman kontra keadilan. Dan dalam falsafah kita, keadilan a dal ah Tujuan Eksistensial dari Pancasila itu sendiri. Maka menjadi jelas mengapa Bangsa ini ada, berkumpul dalam keberagaman dan keberbedaan (Bhinnelca) untuk menjadi satu ialah untuk mewujudkan teladan kedamaian dan keadilan. Sementara Indah sebagai Kehendak Perenial Pancasila merupakan tatanan unsur-unsur Bangsa ini yang terbentang sepanjang gugusan negeri dalam mewarnai keragaman itu dengan nilai-nilai luhur Pancasila yang universal. Inilah sisi akuntabel dari nilai-nilai Pancasila yang dapat diterima oleh semua kalangan.

Namum, tantangannya ialah bagaimanakah memanifestasikan Semua Nilai Pancasila itu Adil dan Indah dalam kehidupan khalayak, dalam seluruh lapis dan relung kehidupan?
Maka dalam hal ini diperlukan, dalam segala arasnya, tindakan-tindakan nyata mengaplikasikan nilai-nilai ini dan meimplementasikan Cita-ideal, Tujuan-eksistensial Pancasila dan Kehendak Perennialnya. Gerakan menyemestakan atau GALAKSI Pancasila (Gerakan Aksi Langsung Amalkan Sejak Dini—Pancasila) tak lain kepedulian sejak dini akan pentingnya terciptanya tatanan Adil dan tatanan Indah sebagai manifestasi nilai dari kelima sila Pancasila yang perlu memperoleh sokongan, dukung- an dan dorongan di segala bidang dari seluruh pihak unsur bangsa dan negara. Ini merupakan upaya membumikan Pancasila ditengah masyarakat tanpa minat da n kepedulian yang membentur era keterbukaan dan kebebasan di millennium ketiga ini.
Jika semua nilai Pancasila ini melahirkan komuni- tas keteladanan yang mempunyai keadaban luhur dan berbudipekerti, itu bukan berati Pancasila sendiri mam- pu mencanangkan dirinya. Tak lain adalah karena keberbedaan dan keberagaman di tengah kelompok- kelompok komuniter masyarakat dipahami dalam Esensi Kesatuan (Tunggal Ika) Pancasila sehingga saling mengikat dan menginspirasi. Dan mampu mengikat- kan setiap kepentingan primordial kepada kepentingan nasional. Jika komunitas ini telah terbentuk maka di sini lah kita dapat menjumpai aplikator sejati.

Masyarakat sudah mengetahui peluang kemajuan bangsa ini melalui keberlimpahan Sumber Daya Alam, ditambah Sumber Daya Manusia yang cukup perlu "pengayaan diri," ditambah Sumber Daya Nilai yang tersirat dalam kearifan-kearifan pengalaman hidup bangsa yang termaktub dalam Pancasila. Di atas serakan Tanah kepulauan di bentangan Air lautan itu, Pancasila menemukan Fakta Bumi Indonesia yang mengabarkan keberagaman dan keberbedaan ini. Lalu terbentuklah satu karakter dan mental juang putra-putri bangsa yang melampaui segala keberbe¬daan dan kecenderungan primordial. Sisi ini, sebenarnya, merupakan aspek universal Pancasila yang cen- derung mendunia. Dengan keistimewaan ini, Bangsa Indonesia mempunyai "modal sosial" untuk berkiprah di panggung pergaulan tingkat Dunia dan memperoleh kans untuk menjadi wasitnya. Pancasila telah cukup dan mencukupi bekal keberlangsungan Tanah Air dihuni oleh pendudukyang beragam untuk membentuk suatu "organisme masyarakat" yang disebut Negara Kesatuan Republik Indonesia (Strong united country).

Untuk dijabarkan lebih seksama Cita-ideal Pancasila itu adalah Keadilan Sosial, Kesejahteraan Sosial, dan Supremasi Hukum bagi seluruh lapis dan golongan masyarakat Indonesia. Tujuan Eksistensial Pancasila adalah Persatuan dan Kesatuan Bangsa dan Tanah Airnya, sebagaimana telah diawali oleh Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Kehendak Perenial Pancasila itu adalah Bersatu dalam Perbedaan dan Keindahan, dan Berbeda untuk menjadi Satu—Bhinneka Tunggal Ika. Selain Pancasila apalagi?

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini