Selama di perjalanan dia terus berpikir apa yang harus dikerjakannya agar maju dan mandiri.
Akhirnya ia pun menemukan peluang usaha budidaya Madu Klanceng di desanya.
Gingin kemudian menjalankan budidaya Madu Klanceng di kampung halamannya di Kampung Gardu Tanjak, Pandeglang, Banten.
Madu Klanceng atau Madu Trigona tergolong mahal sebab di Indonesia belum banyak yang membudidayakannya.
Dalam menjalankannya Tim dari APU terus memberikan pendampingan dan monitoring serta motivasi dan solusi dalam modal.
Selang beberapa tahun bergulir, hasilnya memuaskan.
Budidaya madu klanceng yang dijalaninya terus berkembang pesat dan Gingin tengah fokus memperluas jaringan pemasaran dan meningkatkan jumlah produksi.
Pak Gingin kini juga memberdayakan masyarakat sekitar untuk mengelola madu kelanceng.
Ia juga mengembangkan HIPEC (Himpunan Penyandang Cacat) yang menjadi cita-citanya untuk memberdayakan para kaum disabilitas.
Tak hanya itu Pak Gingin juga dipercaya Pemda Banten untuk menjadi trainer dan motivator dalam berbagai pelatihan.
Berkat keuletan dan kesabarannya kini ia sudah mempunyai dua buah rumah dan beberapa kendaraan pribadi.
Rumah lamanya telah diwakafkan menjadi Saung Pintar sebagai wadah peningkatan kapasitas masyarakat dalam pertanian madu kelanceng dan pembelajaran berorganisasi bagi remaja di Pandeglang.
Kendaraan pribadi miliknya juga pernah dibawa ke kantor APU yang ada di Sawangan-Depok.
Kisah Pak Gingin sangat menginspirasi. Kesuksesannya yang diraih kini, juga kesuksesan Sahabat Al Azhar yang selalu berdonasi melalui Al Azhar Peduli Ummat.
Zakat, infaq dan sedekah yang dimanahkan sahabat Al Azhar tidak dirasakan sesaat saja manfaatnya, tapi terus berkelanjutan.