News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Pikiran di Alam Semesta

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Kilinik Pancasila bersama Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Utara Agung Dipo, Kepala SMA 13 Jakarta, Kasudin Wilayah II Disdik Jakarta Utara beserta siswa dan guru SMA 13 usai peresmian Kantin ADIKKAKAK (Aksi Dukung Implementasi Kejujuran Komunitas Anti Kecurangan Anti Korupsi) dan peluncuran GEN Anti NONSTOP (Generasi Edukasi Anti Narkoba Obatterlarang Nikotin SARA, Terorisme Onar Pornografi) SMA 13 pada Selasa 22 Maret 2016.

Dengan pemahaman ini, maka kognisi tak hanya merupakan kerja pikiran rasional yang disadari saja seperti ketika kita sedang memikirkan sesuatu secara sadar ataupun sedang belajar. Pada saat pikiran bekerja, meskipun secara tidak sadar seperti melakukan kebiasaan atau bersikap secara bawah sadar seperti cara duduk, cara menyikapi permasalahan, ekspresi wajah, dan sebagainya, kognisi tetap bekerja. Proses menyimpan ingatan
merupakan bentuk kognisi juga baik yang disadari maupun yang terjadi secara bawah sadar seperti mengingat lokasi atau mengingat wajah seseorang. Karena itu ruang lingkup kognisi akan sangat sulit untuk dibatasi hanya pada lingkup kerja pikiran sadar atau yang dilakukan dengan kesengajaan saja. Semua proses pikiran yang memberikan dampak pada diri adalah proses kognisi. Menggunakan bahasa komputer, kognisi adalah terprosesnya suatu algoritma oleh program, atau secara mudahnya dapat dikatakan bahwa kognisi adalah pemrosesan suatu algoritma yang ada dalam seluruh kumpulan program perangkat lunak. Oleh karenanya Cognitive Science pun membahas semua jenis kerja pikiran dalam arti luas tanpa ada batas.

Segala sesuatu yang mempunyai sifat dan perilaku menjadi bahasan dari Cognitive Science karena dimana ada sifat dan perilaku, di situ terdapat suatu algoritma yang bekerja membentuk suatu objek. Itu berarti bahwa pada setiap objek terdapat pikiran karena pikiranlah yang membentuk adanya suatu objek. Hal ini telah sangat jelas dikaji dalam computer Semesta Pikiran dan Pikiran Semesta.

Pikiran semesta merupakan pikiran tunggal atau suatu keberadaan sifat pengatur tunggal yang mengendalikan seluruh keberadaan lain di alam semesta. Pikiran ini tidak bekerja secara langsung mempengaruhi seluruh entitas yang lebih kecil yang ada di dalam lingkupnya, melainkan sebagian di antaranya diserahkan pada pikiran lain yang bekerja juga di alam ini dengan lingkup yang lebih kecil dan dalam dimensi tugas yang lebih spesifik. Pikiran lain yang bekerja secara lebih spesifik ini merupakan hasil ciptaan dari pikiran tunggal ini sebagaimana halnya AI dan robotika yang merupakan hasil kreasi atau ciptaan manusia yang diciptakan untuk melakukan tugas-tugas tertentu yang dibangun dengan kecerdasan-kecerdasan tertentu pula. Pikiran yang bertingkat ini membentuk hierarki yang kompleks yang mengisi seluruh peristiwa di alam semesta ini. Beberapa hierarki yang dapat dipetakan antara lain Pikiran somatik pada makhluk hidup

Pikiran rasional

Adapun pendefinisian dan pengelompokan atas bentuk-bentuk pikiran ini juga bersifat pendekatan bergantung pada sifat-sifat yang dilingkupinya seperti halnya pendekatan-pendekatan pada Cognitive Science itu sendiri karena pada dasarnya, ketika kita mengkaji pikiran secara menyeluruh, hanya akan kita temui satu bentuk pikiran saja di alam ini, sedangkan yang lain hanyalah bersifat pengelompokan dan pendefinisian saja agar lebih mudah untuk kita kenali dan kita kaji.

Pikiran menjadikan suatu sistem memiliki kinerja. Oleh karenanya, pikiranlah yang menjadikan suatu sistem atau makhluk merasakan keberadaannya. Dalam ungkapan yang sering kita dengar, Descartes, seorang filsuf Yunani mengatakan bahwa “Aku berpikir maka aku ada”. Secara AI dan robotika, hal ini juga dapat dibuktikan bahwa adanya program yang bekerja pada perangkat AI atau robot tersebutlah yang menjadikan AI ataupun robot mengenal keberadaan dirinya. Tanpa pikiran, tidak ada sesuatu pun di alam ini, dan kita tidak akan mengenal apapun, termasuk diri sendiri dan alam semesta. Tanpa algoritma, tidak ada suatu objek yang tersusun dari sifat dan perilaku. Sifat dan perilaku pun merupakan suatu pemrograman atau dalam bahasa umumnya, sifat dan perilaku pun merupakan suatu pikiran.

Pikiran dalam konteks alam semesta dan sebagai satu-satunya kecerdasan yang menyatakan keberadaannya di alam ini hanya dapat dipahami ketika ia bersifat kekal. Tanpa adanya kekekalan pikiran universal ini, terdapat kemungkinan bahwa alam ini tidak ada, dan terdapatkemungkinan bahwa pengetahuan itu tidak akan muncul atau kesadaran akan keberadaan itu sendiri bersifat relatif. Padahal kenyataannya, pengetahuan dan hamparan alam semesta yang kita ketahui telah ada, dan kesadaran akan konteks pikiran yang mampu melingkupi ruang dan waktu secara nyata dapat dipahami dan bersifat “make sense” secara ideal, maka kemungkinan ketidakkekalan dari pikiran yang tunggal itu menjadi suatu kemustahilan. Dengan kekekalannya, segala keberadaan pikiran-pikiran yang lain tercipta, dan dengan rancangan dari pikiran universal pula pikiran-pikiran tertentu mampu mengalami upgrading  atau pembaharuan sehingga mampu mengenali pikiran universal yang menciptakannya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini