Ditulis oleh : Humas Kementerian Sosial
TRIBUNNERS - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan, peringatan Hari Kartini harus berdampak pada sikap koreksi kritis pada diri kita sebagai bangsa. Sekaligus, meningkatkan derajat kesehatan ibu hamil.
“Pada zamannya, RA Kartini telah mengajarkan para perempuan untuk bisa membaca, bersekolah, serta membatik, ” ujar Mensos usai pelantikan pejabat Eselon IV Kementerian Sosial di Gedung Aneka Bhakti (GAB), Salemba, Jakarta, Kamis (21/4/2016).
Mengajarkan membatik, kata Mensos, RA Kartini tidak sekedar transfer ilmu cara membatik, tapi lebih jauh dari itu adalah bagaimana agar para perempuan bisa mendiri secara ekonomi.
“Peringatan Hari Kartini jangan hanya seremonial belaka. Melainkan dimaknai membangun kepedulian terutama kepada rakyat kecil dan bagaimana para perempuan bisa mandiri secara ekonomi, ” ucapnya.
Selain itu, RA Kartini meninggal pada usia muda dikarenakan komplikasi saat proses melahirkan atau persalinan.
Tentu saja, derajat kesehatan para perempuan dan bumil mesti menjadi perhatian semua elemen bangsa.
“Refleksi kritis bagi kita semua bahwa upaya peningkatan derajat kesehatan bumil, terutama saat proses persalinan menjadi sangat penting,” katanya.
Tak heran, pada 21 April sebagai Hari Kartini bisa dimaknai sebagai Aliansi Putih. Di mana, pada tahun 2000, tingkat kematian bumil 353 per 1000 persalinan dan kini 359 per 1000 persalinan
“Harus diakui tingkat kematian bumil saat proses persalinan di Indonesia masih terbilang tinggi. Jika, pada tahun 2000 ada 353 dan saat ini 359 per 1000 persalinan. Artinya, 2 bumil meninggal per jam atau 48 bumil dalam sehari, ” ucapnya.
Semua elemen bangsa mesti bergandengan tangan untuk upaya menurunkan angka kematian bumil.
Kementerian Sosial (Kemensos) dengan program Conditional Cash Transfer (CCT) atau Program Keluarga Harapan (PKH) memiliki jangkaunnya bagi para bumil tersebut.
“Menurunkan angka kematian bumil, berarti menaikkan derajat kesehatan bumi saat proses persalinan, salah satunya melalui program CCT atau PKH, ” katatanya.
Setiap ibu hamil dari Keluarga Sangat Miskin (KSM) atau 11 persen dari warga ekonomi terbawah bisa mendapatkan asupan gizi seimbang baik saat kehamilan maupun usai melahirkan dengan 3 anak yang bisa dicover.
“Keunikan PKH adalah mampu memberikan layanan kesehatan, terutama bagi bumil dan usai melahirkan dan mengurus bayi dengan bantuan Rp 1,2 juta per tahun, sehingga dipastikan derajat kesehatan bumil meningkat dan anak-anak bisa tumbuh lebih sehat,” katanya.