TRIBUNNERS - Sekitar tanggal 12 Juni 2016 siang telah muncul informasi di sejumlah media sosial tentang nasib salah satu pemain tunggal putri cantik Indonesia (Bellaetrix Manuputty), yang diberitakan pada tanggal 13 Juni 2016 pagi akan menjalani operasi di RSPAD Gatot Subroto Jakarta di bawah penanganan dr Bobby Nelwan.
Begitu mengetahui adanya informasi tersebut, sekitar jam 15.35 WIB siang tadi Menpora Imam Nahrawi memerintahkan jajaran Kemenpora untuk langsung mengadalan koordinasi dengan Direktur RSON, Dr dr Basuki Supartono, Sp.OT. FICS.MARS, dengan harapan agar Bellaetrix Manuputty dapat dipindahkan segera ke Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) yang berada di Cibubur.
Bellaetrix Manuputty pernah meraih segudang prestasi bulutangkis internasional di antaranya: perempat final Singapore Asian Satellite 2008, perempat final Astec Ultra Milk Open Indonesia International Challenge 2009, juara Malaysia International Challenge 2011, hingga peraih medali emas tunggal putri Sea Games di Myanmar 2013.
Sehubungan dengan itu perlu kiranya secara lengkap disampaikan sikap Kemenpora sebagai berikut:
1. Kemenpora menaruh simpati dan perhatian secara khusus pada Bellaetrix Manuputty, yang pada tanggal 13 Juni 2016 akan menjalani operasi di RSPAD Jakarta.
Bagaimanapun juga ia selain pernah meraih sejumlah prestasi internasional di berbagai kejuaraan bulutangkis, juga masih berpotensi di masa depan meskipun beberapa bulan terakhir ini masih berkutat dengan cedera lutut, sehingga tidak sepenuhnya bisa mengikuti pelatnas PBSI.
Sebagai informasi, Bellaetrix Manuputty terakhir kali mengikuti turnamen pada Taiwan Terbuka bulan Oktober 2015, dimana dia tidak bisa melanjutkan pertandingan karena cedera lututnya saat menghadapi Shung Shuo Yung (Taiwan) pada babak kedua.
2. Bahwasanya Kemenpora baru hari ini mengeluarkan pernyataan ini, karena selama ini tidak memperoleh up date tentang kondisi cederanya baik dari PBSI maupun keluarganya.
Namun demikian, begitu informasi diperoleh, Menpora langsung cepat memerintahkan jajarannya untuk bersikap responsif untuk ditangani oleh RSON di Cibubur, mengingat RSON kini semakin siap untuk merawat atlet yang mengalami cedera, karena didukung dengan keberadaan jumlah peralatan yang dimiliki oleh rumah sakit pemerintah ini semakin lengkap.
Di antaranya empat alat fisioterapi, alat pemeriksaan kepadatan tulang dan komposisi lemak tubuh, "CPET" atau alat memeriksa VO2 Max dan Spirometri, alat untuk memeriksa telapak kaki serta alat pemeriksaan dengan fluroscopy saat operasi.
3. Lebih dari itu, Direktur RSON Basuki menyarankan agar Bellaetrix Manuputty untuk tetap dioperasi di RSPAD saja.
Alasannya selain karena secara operasional sudah teragenda secara rapi an terperinci, juga karena secara profesi kedokteran prosedur yang dilakukan oleh RSPAD sudah proporsional daripada mendadak dipindahkan ke RS lain kecuali karena alasan sangat darurat yang tidak bisa ditangani oleh RSPAD.
Dr Basuki Basuki Supartono kemudian menyampaikan laporan kepada Menpora bahwa yang bersangkutan akan tetap memonitor pelaksanaan operasi yang akan dilakukan terhadap Bellaetrix Manuputty dan bahkan akan bertanggung-jawab langsung untuk penanganan pasca operasinya.
4. Pada dasarnya, RSON Kemenpora di Cibubur saat ini tidak hanya untuk cedera seperti yang dialami oleh Bellaetrix Manuputty saja, tetapi kepada kepada atlet maupun masyarakat umum yang kini jumlahnya makin meningkat.
Bahkan Menpora berharap Satlak Prima juga bisa memaksimalkan RSON untuk memeriksa kondisi atlet Indonesia yang dipersiapkan untuk menghadapi kejuaraan internasional.
Lantaran keterlibatan dokter dan psikolog sangat membantu meningkatkan prestasi olahraga.
5. Khusus kepada beberapa pihak yang sudah mendahului mengambil inisiatif untuk menanggung pembiayaan operasi Bellaetrix Manuputty, Kemenpora mengucapkan terima kasih.
Sedangkan kepada ibunda Bellaetrix Manuputty dan juga PBSI, perwakilan Kemenpora juga sudah melakukan komunikasi langsung untuk mengetahui duduk persoalannya, dan komunikasi tersebut perlu dilakukan untuk menghindari berkembangnya informasi yang tidak proporsional.
Pengirim: Biro Humas Kemenpora