Sehingga ketika warga mau melahirkan yang butuh penanganan khusus harus dibawa ke daratan dengan naik kapal yang memakan waktu sekitar dua belas (12) jam berada di laut, sehingga kadang tidak sampai kedaratan Sumenep ibu dan anaknya sudah meninggal.
Kejadian ini biasa terjadi sampai kami lupa menghitungnya berapa yang sudah meninggal ditengah laut.
Lain lagi dengan kasus (penyakit) lain, lain lagi dengan kapal yan ditumpangi jauh dari kelayakan, kapalnya rongsokan persis kapal pengangkut barang sehingga anatara manusia, hewan dan barang menyatu didalamnya.
Sehingga kami sakit hati, tapi itu kadang sakit hati kami terobati bila ada pengumuman bahwa status Puskemas sudah berubah kepada Rumah Sakit tipe D, walau katanya tipe D itu paling jelek tapi lumayanlah.
Eh, sakit hati kami kambuh lagi ketika tulisan di Puskesmas yang berubah status itu sudah hilang, entah ada yang sengaja menghapus atau memang lagi-lagi kami dibohongi oleh pejabat setempat.
Bapak Presiden yang kami muliakan, bahwa di Kepulauan Kangean juga keadaan jalan juga hancur, sehingga orang jatuh dan tabrakan sudah biasa, sampai-sampai kami bosan mendengar ketika ada musibah di jalan, dan ketika warga menjerit lagi-lagi ada suara dari pejabat bahwa infrastruktur jalan mau diperbaiki bahkan katanya memakai hotmik, tapi itu bohong.
Kami merasa dianaktirikan, saudara kami di daratan sana semua kebutuhan terpenuhi, tapi kami tidak.
Sehingga kami sakit hati, tapi itu terobati sakit hati kami ketika di Kepulauan kami akan dibangun Bandara, katanya biar bepergian bisa cepat sampai, biar orang sakit tidak mati dilaut, tapi itu bohong lagi, sakit hati kami kambuh lagi.
Bapak Presiden yang kami muliakan, kalau persoalan di daerah kami harus ditulis semua dalam surat ini, kayaknya tidak memungkinkan.
Karena daerah kami punya segudang persoalan, ibarat penyakit pada tubuh manusia sudah “Komplikasi” dan perlu pengobatan khusus, dan yang kami yakini bisa mengobatinya adalah Bapak Presiden,
Kenapa? Karena Pemerintah setempat seakan tidak peduli dengan seruan warga Kepulauan.
Semua jalan sudah kami lakukan, berkirim surat, audensi, demonstrasi bahkan yang terakhir ini kawan-kawan kami yang mengatasnamakan Panitia Persiapan Kabupaten Kepulauan Sumenep (PPK2S) mendeklarasikan diri untuk keluar dari Kabupaten Sumenep dan membentuk Daerah Otonomi Baru (DOB).
Sebab mereka menganggap Pemerintah Kabupaten (PEMKAB) Sumenep dianggap sudah tidak punya komitmen lagi untuk mensejahterakan warga Kepulauan ini.
Bapak Presiden yang kami muliakan, entah kenapa sambil menulis surat ini air mata kami menetes, semakin kami lama menulis, air mata kami turun tambah deras, mungkin kami tidak mampu melihat penderitaan warga Kepulauan Sumenep.