Dengan jumlah murid sebanyak 1400 siswa lebih, sekolah yang berdiri sejak tahun 1964 ini idealnya membutuhkan gedung yang memiliki 50 kelas lebih sehingga dapat menampung siswa secara keseluruhan yang jumlahnya terus bertambah.
Akibat dari kurangnya kelas dan fasilitas yang ada pada SIJ maka seluruh kegiatan ektra kulikuler tidak dapat dilaksanakan secara maksimal.
Padahal siswa SIJ memiliki potensi yang sangat besar untuk bisa menguasai lebih dari sekedar kurikulum nasional. para murid mestinya dapat diberikan mata pelajaran bermuatan local seperti Bahasa Arab, Hafalan Quran, Manasik Haji dan Umroh, Sejarah dan Budaya Saudi dll.
Sehingga lulusanya dapat bersaing dengan lulusan Sekolah Negara lain di Jeddah yang sudah memiliki Sekolah internasional seperti Bangladesh Internasional School, Pakistan internasional school, India Internasional school bahkan Ethiopian Internasional School untuk mengahadapi visi baru Arab Saudi 2030 yang menaruh perhatian lebih terhadap pembangunan SDM.
Para guru pun tidak memiliki kantor yang nyaman sehingga persiapan belajar dan mengajar banyak dilakukan di rumah masing-masing. Belum lagi permasalahan kapasitas tenaga pengajarnya yang masih jauh dari standar, buku pegangan, disiplin dll.
Upaya pencarian gedung baru untuk disewa sudah dilakukan sejak 8 tahun lalu namun belum mendapatkan hasil.
Sebab mencari gedung sekolah untuk kapasitas 1400 murid tidak lah mudah selalu saja terbentur dengan masalah persyaratan standar sekolah dan biaya yang tampaknya sulit dipenuhi.
Namun masalah ini harus mendapatkan solusi jika tidak, maka dikawatirkan akan banyak anak usia sekolah WNI yang hanya bisa mengikuti program kejar paket ABC saja karena gedungnya over kapasitas atau orang tua murid kawatir menyekolahkan anaknya karena gedungnya tidak layak dari segi keselamatan dan keamanan.
Maka memiliki/membangun gedung memiliki tingkat urgensi yang sangat tinggi disamping melakukan melakukan perbaikan terhadap tata kelola SIJ.
Untuk itu membangun/memiliki gedung sekolah sendiri merupakan salah satu terobosan diplomasi bagi Perwakilan RI di Arab Saudi untuk mensejajarkan hubungan kedua negara sekaligus memberikan perlindungan terhadap WNI di bidang pendidikan yang merupakan amanah UUD 45 pasal 31.
Semakin lama menunda investasi pada gedung sekolah maka semakin mahal biaya yang akan ditanggung di kemudian hari mengingat harga property terus mengalami kenaikan.
Belum lagi ditambah dengan social cost yang dialami oleh anak bangsa, anak para pahlawan devisa yang menghasilkan tidak kurang dari Rp, 20.7 trilyun lebih per tahun (remitensi dari Arab Saudi, data BI th 2014) bagi Republik Indonesia.
Dengan kebutuhan kurang lebih 7500 m2 untuk tanah dan bangunan (sesuai standar persyaratan Pemkot Jeddah) dengan asumsi harga tanah dalam kota jeddah sekitar SR 4000/m2 = SR 30 juta atau sekitar 100 milyar rupiah (perlu kajian lebih lanjut), tampaknya tidak menjadi masalah bagi negara besar seperti Indonesia.
Dengan catatan ada kemauan kuat diikuti dengan perencanaan yang baik. Mungkin hal ini tidak dapat direalisasikan dalam jangka pendek, namun perlu ada upaya menuju ke arah situ dalam jangka menengah maupun panjang.
Semoga di era kepemimpinan nasional saat ini dapat melakukan terobosan diplomasi pendidikan sekaligus merealisasikan mimpi para orang tua murid dan masyarakat Indonesia di Arab Saudi khususnya di Jeddah.*