News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Membaca Bambu Unik “Junjung Derajat – Songgo Buwono” Mengungkap Makna

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bambu Unik Junjung Derajat - Songgo Buwono

Oleh: Alex Palit

Di antara sekian banyak bambu unik koleksi saya, ada bambu bercabang 4 dengan cabang ranting 9.

Di kalangan pengaji ilmu pring (deling), bambu unik dengan spesifikasi seperti ini disebut deling “Junjung Derajat – Songgo Buwono”.

Ketika di posting di akun fb, bambu inipun ditanggapi oleh pengaji ilmu deling Ki Astagina, yang selama ini menjadi rujukan buat saya dan teman-teman di Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN) dalam mengaji ilmu deling.

Menurut pengaji ilmu deling Ki Astagina, apa dan siapa yang tersirat di balik bambu unik yang terbentuk secara alami bukan hasil rekayasa kerajinan tangan ini ternyata memiliki ayat atau pesan filosofi cukup dalam.

Bahkan deling ini disebutnya sebagai pengingat bagi kita sebagai makhluk paling mulia bernama manusia yang merujuk pada asal muasal segala ciptaan dan pusat dari segala kehidupan.

Untuk menghidari salah tafsir, di sini saya sengaja mengutip apa adanya atas pembabaran yang disampaikan Ki Astagina. apa dan siapa serta kandungan ayat atau pesan filosofi yang tersirat di balik deling “Junjung Derajat – Songgo Buwono”.

Dikatakan, deling ini mengandung sebuah ayat yang sangat agung, di mana maksud dan tujuannya buat pengingat.

Menurutnya, filosofi yang bisa kita wedar sebagai pengingat tanggungjawab pribadi sebagai makhluk paling mulia disebut manusia yang merujuk pada asal muasal segala ciptaan dan pusat dari segala kehidupan yaitu AR-RUH, AL-IDHOFI, suntojaline gusti kang moho suci, kang murbeng dumadi, kang kuoso ngendikan kunfayakun dalam sebutan umum yaitu ALLOH SWT.

Seperti dalam kalimat tauhid yang didalamnya berisikan 3 yang satu karena saling keterkaitan (AL IDHOFI, AL QUDUS, AL HAYAT).

Al hayat (nyawa) adalah manifestasi dari al qudus (roh suci) sebagai tiang utama adalah al idhofi (roh utama). Terkait dengan al qudus (roh suci) yang hanya ditipukan pada (Jibril, Adam, Isa, dan Muhammad).

Sedangkan yang ditiupkan pada manusia yang lain adalah manifestasi dari al qudus (roh suci) yaitu al hayat (nyawa) menjadi sebagai tiang utama dalam ayat nyata ini. Tauhid kemudian berkembang menjadi 4 yaitu (al idhofi, al jasad, al ‘aql, dan an nafsi).

Dalam al idhofi ada roh nyawa yang terkait dengan roh suci. Roh rabani yang selalu jadi ingat pada Sang Pencipta bahwa kita tidak memiliki apa-apa, selalu merindukan Sang Pencipta pusat ketenteraman.

Roh nurani penerang hati, padange ati, pembawa cahaya terang dalam hati membuat tenang. Roh rahmani cinta kasih rohman dan rohim dengan dari diri sendiri, dengan pasangan, dengan anak, dengan keluarga, juga dengan orang lain.

Al jasad terdiri dari jasmani sekujur tubuh, dai kaki sampai ujung rambut, termasuk dalam tubuh.

Al nabati adalah genetik DNA. Al ‘aql adalah inteletual, akal fikiran. An nafsi yang didalamnya roh rewani sukma. Dan roh rohani adalah insting dalam hati untuk memilih naf kanan positif dan naf kiri negatif.

Sementara apa yang disimbolisasikan dalam deling “Junjung Derajat – Songgo Buwono”, di mana sebatang deling bercabang 9 menandai ungkapan makna, yaitu; (1) al hayat, (2) roh rabani, (3) roh nurani, (4) roh rahmani, (5) al jasad, (6) an nabati, (7) al ‘aql, (8) roh rewani sukma, (9) roh rohani.

Adapun jumlah petel 9 tapi ada 4 petel yang utama, karena dari 9 dibagi menjadi 4 bagian utama, yaitu; (1) ar ruh al idhofi, (2) al jasad, (3) ar ruhal ‘aql, dan (4) ar ruh an nafsi.

Begitu urai Ki Astagina. Uniknya bambu unik, selain memiliki nilai artistik sebagai karya seni alami, ternyata siapa sangka juga tersirat kandungan pesan filosofis nilai-nilai kehidupan didalamnya .

Selain dari sisi unik dan keartistikannya, ada yang meyakini bahwa bambu unik dan terbilang langka ini memiliki tuah atau kekuatan energi alami.

“Buat pengasihan,” komentar Youdhie O’o, yang di KPBUN dijuluki sebagai master terawang, tentang tuah bambu ini. Dari hasil terawangannya disebutkan bambu ini juga berkhodam.

“Sosoknya perempuan cantik dari zaman Kerajaan Majapahit.”

Setidaknya lewat paparan pengaji deling Ki Astagina, di sini kita diajak untuk membaca, mengagumi tanda-tanda kebesaran alam, sekaligus menjadi bukti atas kebesaran Sang Maha Pencipta, kendati lewat sepotong bambu.

Seperti disebutkan Ki Astagina, deling ini mengandung sebuah ayat yang sangat agung, di mana maksud dan tujuannya buat pengingat.

Manusia tidak akan mampu menjangkau membuka tabir misteri Dzat Allah, tapi cukup dengan mentafakuri.

Lewat tanda-tanda kebesaran alam walau hanya dari sepotong bambu ini akan semakin menebalkan iman dan keimanan juga ketakjuban kita akan kebesaran Tuhan Semesta Alam sebagai Sang Maha Pencipta. Tak ada yang tak ada atas kehendak kuasaNya, Amin!!!

# Alex Palit, citizen jurnalis “Jaringan Pewarta Independen”, admin “Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara” dan galeribambuuniknusantara. blogspot.com

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini