News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Politik: Seni Memainkan Peran

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat memberikan kata sambutan pada acara rapat pimpinan nasional (Rapimnas) Partai Demokrat 2018 dengan mengusung tema Demokrat Siap di Sentul International Convention Center, Jawa Barat, Sabtu (10/3/2018). Meskipun SBY menyatakan Demokrat belum menentukan capres dan cawapres yang akan diusung pada Pemilu 2019, dalam pidatonya, ia berulang kali menampilkan sinyal dukungan terhadap Jokowi. Tribunnews/Jeprima

Oleh: Tommy Rusihan Arief

Semua orang tahu, tidak ada yang tidak mungkin dalam politik. Semuanya ditentukan oleh kepentingan.

Sehingga ada yang memandang beda dengan apa yang disebut pragmatisme politik. Tapi politik memang seni memainkan peran.

Bahkan peran protagonis atau antagonis. Sesuai dengan semangat jangka pendek, menengah atau jangka panjang. Seni memainkan peran adalah pola mengelola sikap, cara berpikir dan bertindak.

Untuk mencapai tujuan mulia dalam perpolitikan nasional. Sebagai partai politik besar, Demokrat harus terus memainkan peran penting dalam peta politik Indonesia.

Dalam perspektif seni peran, akan lebih baik dan terhormat jika Demokrat memainkan peran sentral di panggung utama. Bukan figuran di panggung kecil. Pak SBY paham betul hal itu.

Beliau adalah seorang maestro politik. Sepuluh tahun sukses menjadi Presidem. Pak SBY adalah seorang Jenderal pandai lulusan terbaik Akmil 1973.

Beliau sangat tahu apa yang harus dilakukan Demokrat kemarin, hari ini dan esok. Lebih dari apa yang bisa dipahami oleh semua pengurus dan kader Partai Demokrat.

Jadi mari kita apresiasi dan dukung apa yang dilakukan Sang Panglima. Tidak perlulah berlagak nyinyir.

Apalagi mencoba membangun...dialektika baru yang sebetulnya hanya samar-samar kita pahami.

Memainkan seni peran dalam politik membutuhkan sutradara jenius.

Itulah sosok SBY, Sang Maestro, Sang Panglima dan Sutradara jenius. 

* Tommy Rusihan Arief, Wasekjen Barisan Massa Demokrat (BMD) 

Tommy Rusihan Arief (kanan)
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini