Yuddy menjabat erat tangan Saidal Muarsulin manajer tim tinju Indonesia. Polisi berpangkat Kombes itu sungguh terharu bersama pelatih Made Adi Swanda dan Bonex Yusak menyambut kedatangan Yuddy.
Yuddy menyaksikan proses latihan ke enam atlit Indonesia sambil menyuntikan semangat dan gelora membela merah putih di ajang Asian Games. Mereka adalah Farrad Papendang, Sunan Agung Amoragam, Aldoma Suguro, Libertus Gha, Mario Blasius Kali dan Sarohatua Lumbantobing untuk kelas 49 kg, 52 kg dan 60 kg.
Dalam sebuah sesi latihan digunakan teknologi komputer. Tahapan ini untuk mengukur kecepatan pukulan, kekuatan pukulan, jeda setiap pukulan dan konsentrasi petinju.
Sesi ini ditangani langsung oleh Professor Volentin Nawomevich, seorang ahli boxer yang mengajar di Lviv Sport University. Pria berusia 65 tahun ini sudah berkecimpung di dunia tinju sejak 1973.
Para petinju bergiliran memukul sebuah obyek sansak, sementara sang professor mencermati layar monitor komputer. Setiap selesai sang professor menjelaskan hasilnya kepada petinju dalam bahasa Ukraina dan kemudian diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Mohammad orang Maroko yang sudah 15 tahun tinggal di Kharkiv kepada para petinju.
Dubes Yuddy Chrisnandi yang mencermati proses latihan dengan teknologi itu segera menarik tangan Brigjen Johni. Nasionalisme anak Cirebon ini tersentuh.
"Petinju kita pasti kesulitan mencerna ilmu yang menggunakan teknologi tinggi karena keterbatasan bahasa, apalagi banyak istilah istilah yang sangat teknis," kata Yuddy.
Spontan Yuddy meminta Anton Galushka-Adaikin pemuda Ukraina yang pernah belajar bahasa Indonesia di Malang Jawa Timur tahun 2002.
Kepada lulusan Institut of Oriental Study and Internasional Relation itu Yuddy menyampaikan bahwa atas nama KBRI dan demi merah putih mohon perkenan kiranya Anton menolong meluangkan waktu sebagai penerjemah profesional selama atlit tinju Indonesia berada di Kharkiv.
"Saya spontan saja, ini mesti ada solusi. Konsen kita prestasi Indonesia. Saya bicara dan meminta Anton membantu. Kasihan petinju kita kesulitan memahami bahasa Ukraina meski sudah diterjemahkan ke bahasa Inggris. Tentu lebih mudah kalau dari bahasa Ukraina langsung ke bahasa Indonesia," kata mantan menteri Menpan RB itu.
Langkah gesit Yuddy itu menggembirakan para atlit tinju. Dubes yang pernah menjadi anggota DPR ini siap menanggung biayanya. Maklum dana untuk penterjemah tidak tercantum dalam anggaran rombongan.
"Tenang bapak manajer dan adik adik atlit. Urusan biaya penerjemah tanggung jawab saya sebagai dubes. Selain itu, apa pun kesulitan dan kendala selama berada di Ukraina, 24 jam silahkan hubungi dubes dan staf KBRI. Kami ingin anda nyaman dan merasa aman di sini. Ini salah satu bentuk kepedulian dan dukungan kami untuk Asian Games," kata Yuddy yang disambut tepuk tangan para atlit.
"Percuma jauh jauh ke sini dengan ilmu pakai teknologi tinggi, tapi atlit tak bisa memahami dengan baik," tambah Yuddy.
Anton Galushka yang semula akan terbang ke Indonesia akhir April segera mengubah jadwalnya. Phd dari Academy of Science Ukraina bidang Sejarah Indonesia teramat menghormati amanah permohonan dubes Yuddy. Anton pun memang sangat mencintai Indonesia.
Kegembiraan pun terpancar dari wajah wajah petinju Indonesia. Langit di atas kota Kharkiv sungguh cerah, tanpa selembar awan. *
Egy Massadiah dari Kharkiv Ukraina