Dikirimkan oleh Pegadaian
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peringatan kemerdekaan Indonesia ke-73 tahun ini cukup istimewa bagi PT Pegadaian (Persero). Karena pada 17 Agustus tahun ini Pegadaian berkesempatan menggelar upacara di kota yang terkenal merupakan kota Pancasila, di kota Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Ini merupakan bentuk nyata bahwa BUMN hadir untuk negeri karena memperingati ulang tahun kemerdekaan di daerah Terpencil, Tertinggal, Terluar (3T), bersama masyarakat di tempat bersejarah" ungkap Direktur Pegadaian Sunarso, Jumat (17/8/2018), di Ende, Flores, NTT.
Dalam upacara yang berlangsung secara khidmat, Sunarso bertindak sebagai inspektur upacara dan diikuti oleh jajaran manajemen Pegadaian, berbaur dengan masyarakat di lapangan Nangaba, Kecamatan Ende.
Baca: Tak Disangka 7 Selebriti Ini Pernah Jadi Anggota Paskibraka, Lihat Foto-fotonya
Kota Ende dipilih sebagai lokasi memperingati ulang tahun kemerdekaan RI yang ke-73 tahun ini karena mempunyai nilai sejarah yang sangat kuat. Di pulau dengan luas 2.046,75 km² tersebut, terdapat satu rumah yang dikenal sebagai rumah pengasingan Presiden pertama Indonesia, Soekarno.
Di rumah yang dahulu kala merupakan milik Abdullah Ambuwaru inilah Bung Karno tinggal selama menjalani pengasingan selama empat tahun lamanya sejak tahun 1934 hingga tahun 1938.
Selama itu pula Bung Karno harus berpisah dengan rekan-rekan seperjuangannya yang tidak pernah berhenti untuk mengusahakan kemerdekaan Indonesia.
Baca: Gebuk Bantal dan Titian Pinang Ramaikan Festival Kalimalang
Di tempat yang terpencil dan jauh dari hiruk pikuk inilah rupanya Bung Karno mendapatkan ilham mengenai dasar-dasar pemikiran bernegara yang kelak kita akan ingat sebagai Pancasila.
“Tepat di rumah inilah Bung Karno tinggal dalam keadaan serba terisolasi dari Jakarta, namun beliau tidak tinggal diam saja dan bahkan berhasil merumuskan pokok pikiran dari Pancasila yang kelak akan menjadi dasar filosofi Republik ini," ujar Sunarso ketika memberikan kata sambutan di Rumah pengasingan Bung Karno.
Di kota Ende inilah Bung Karno melakukan banyak perenungan dan mendapatkan banyak pelajaran berharga dari kota Ende. Disinilah bapak proklamator tersebut melihat bahwa di Ende keberagaman dapat hidup berdampingan dan menjadi pemersatu di masyarakat.
Walaupun matahari sudah beranjak tinggi dan cuaca semakin panas, para peserta masih bersemangat mengikuti napak tilas sejarah di rumah pengasingan Bung Karno. Rumah yang bentuk dan isinya masih sesuai dengan kondisi aslinya tersebut rupanya mempunyai ikatan batin yang kuat dengan masyarakat Ende.
Rumah Bung Karno tersebut merupakan salah satu destinasi wisata favorit di kota Ende selain danau Kelimutu yang merupakan satu-satunya danau tiga warna di dunia sudah tersohor hingga ke mancanegara. Rumah ini menjadi andalan wisata sejarah di kota yang terkenal dengan sebutan kota Pancasila tersebut.
Agar wisata sejarah di rumah Bung Karno tersebut semakin optimal, Pegadaian menambahkan peralatan multimedia agar situs bersejarah tersebut bisa semakin menarik dan memberikan pelajaran sejarah yang sesuai dengan zaman sekarang.
Bantuan sosial tersebut berupa laptop, LED, dan juga perlengkapan audio nirkabel. Diharapkan dengan bantuan peralatan multimedia tersebut, rumah Bung Karno bisa lebih hidup dan membuat wisata sejarah di Ende semakin berkembang.