News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Pelajaran dari Kasus Penembakan Warga Yahudi di Amerika

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Shamsi Ali (tengah) bersama para tokoh lintas agama di New York

Kini phobia itu tidak lagi sebagai kasus-kasus pinggir jalan. Tapi telah menjadi bagian dari prilaku sistem yang didukung oleh otoritas.

Selain statemen-statemen yang tidak mendukung, bahkan merugikan. Juga menjadi pemicu ketakutan dan sentimen kebencian di kalangan publik luas.

Kebencian sistemik ini yang belakangan banyak terefleksi dalam berbagai legislasi yang cenderung anti kelompok “non white” atau so called “ non mainstream American”. Salah satunya sebagai misal dikeluarkannya aturan pelarangan orang Islam dari beberapa negara untuk masuk Amerika.

Sebenarnya saya tidak terlalu mengkhawatirkan peraturan itu. Atau ketidak sukaan sebagian di pemerintahan Amerika. Karena aturan dan pemerintahan bersifat “come and go” (datang dan pergi).

Yang saya justeru khawatirkan adalah ketika kebencian ini dipersepsikan oleh dunia luar, khususnya dunia Islam, sebagai sikap dan karakter dasar Amerika. Padahal secara umum tidaklah demikian.

Amerika dengan segala kekurangannya adalah negara yang sangat toleran. Negara yang memberikan kebebasan dan garansi konstitusi kepada semua pemeluk agama untuk mempraktekkan agamanya.

Sehingga disayangkan jika sikap pemerintahan Amerika saat ini dipersepsikan oleh dunia Islam sebagai karakter dasar bangsa Amerika.

Menghadapi kebencian

Merespon terhadap meningginya kebencian terhadap kelompok-kelompok “non mainstream” di Amerika, ada banyak hal yang dilakukan. Berbagai inisiatif diusahakan oleh banyak kalangan, termasuk komunitas-komunitas agama.

Tapi saya hanya ingin menyebutkan dua hal secara singkat dari usaha-usaha (efforts) yang Selama ini kita lakukan.

Pertama, pentingnya menjaga spirit (semangat) kebersamaan di antara orang-orang yang memiliki keinginan baik. Tentu yang harus berada di garda terdepan adalah para pimpinan agama dan tokoh masyarakat. Mereka harus menjadi ujung tombak dalam resistensi melawan kebencian dan permusuhan di tengah masyarakat.

Kedua, umat beragama harus mampu go beyond kesalehan pribadi bahkan kelompok menjadi “Carrier of righteousness” (Pembawa kesalehan). Dalam bahasa agama umat dituntut untuk tidak sekedar saleh pada dirinya. Tapi menjadi agen kesalehan publik.

Dalam konteks Amerika, satu cara yang efektif untuk membawa kesalehan itu adalah dengan mengambil bagian dalam proses politik. Yang dengannya perubahan kepemimpinan diharapkan terjadi.

Kita tentunya mengharapkan pemimpin yang terpilih selain kapabel, juga memiliki karakter yang merangkul semua pihak. Bukan merangkul sebagian seraya menggebuk sebagian yang lain.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini