News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Merangkul Artis Menjadi Vote Getter

Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Karyono Wibowo.

Oleh Direktur Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Dukungan artis kepada pasangan capres merupakan fenomena politik yang wajar. Hal itu bagian dari strategi endorsement tokoh yang menjadi public figure. Tujuannya adalah untuk menjadikan public figure tersebut menjadi vote getter atau pengepul suara bagi pasangan capres.

Demikian juga dengan dukungan Lucinta Luna, Ahmad Dhani dan sejumlah artis lainnya yang mendukung pasangan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.

Baca: Pemilih Pemula Berperan besar sebagai Pengawas Partisipatif pada Pemilu Serentak 2019

Di lain pihak, ada aktör sekaligus sutradara senior Deddy Mizwar, artis film dan penyanyi Nafa Urbach, Krisna Mukti dan sejumlah artis lainnya yang mendukung pasangan capres nomor urut 01 Joko Widodo - Maruf Amin. Nama-nama artis tersebut bisa menjadi vote getter bagi masing-masing pasangan capres.

Namun tentu saja pengaruh elektoral masing-masing artis dalam mendongkrak suara bisa berbeda. Besar kecilnya pengaruh artis dalam mendongkrak suara tergantung beberapa faktor. Pengaruh elektoral seorang public figure akan ditentukan minimal lima faktor.

Pertama, seberapa besar jumlah pemilih di suatu wilayah yang pilihannya bisa dipengaruhi oleh tokoh. Faktor kedua adalah kekuatan citra masing-masing artis atau public figure. Ssberapa kuat ketokohan artis tersebut di tengah masyarakat.

Faktor ketiga adalah image atau citra artis tersebut apakah lebih besar positifnya atau justru lebih besar negatifnya di mata publik. Faktor keempat adalah kompetensi dan rekam jejak masing-masing artis.

Faktor kelima adalah intensitas dan aktifitas masing-masing artis terjun langsung di tengah masyarakat dalam rangka menggalang dukungan pemilih.

Jika dilihat dari perspektif citra atau image secara umum yang dihasilkan dari respon publik nyaris semua artis tidak luput dari perbincangan. Dari perbincangan tersebut bisa diukur frekuensi perbincangan dan sentimen positif dan negatifnya.

Untuk mendapatkan validitas data tentang hal ini tentu harus ada data survei kuantitatif atau model survei tracking netizen di sejumlah media sosial tentang persepsi publik terhadap sejumlah artis tersebut.

Namun demikian, dari penelusuran di media dan media sosial secara sederhana artis Lucinta Luna pernah menjadi cemohan publik dan netizen terkait adanya dugaan transgender alias merubah jenis kelamin.

Lucinta diduga netizen berjenis kelamin laki-laki tapi berpenampilan layaknya perempuan. Sementara Ahmad Dhani terlalu sering mengumbar pernyataan kontroversial yang mengundang respon negatif.

Kasus perceraiannya dengan Maia Estianty dan kasus tabrakan maut oleh salah satu putranya yang mengemudikan mobil tanpa SIM, ditambah lagi statusnya sebagai tersangka atas dugaan pencemaran nama baik tentu menambah rekam jejak yang negatif.

Baca: Hakim Tanya Zumi Zola: Saudara kan Dulu Artis Gajinya Tinggi, Kok Mau Jadi Gubernur?

Dari rekam jejak Lucinta dan Ahmad Dhani ini bisa dibuat asumsi bahwa kedua figur tersebut memiliki image negatif di mata publik Meskipun tidak bisa dipungkiri kedua artis tersebut memiliki penggemar setia.

Namun, secara tidak langsung, image negatif kedua artis tersebut bisa juga berdampak negatif bagi pasangan Prabowo - Sandiaga. Karenanya, jika Prabowo - Sandi ingin menggunakan artis sebagai vote getter maka harus menghimpun artis yang memiliki kompetensi, image dan rekam jejak yang positif di mata publik.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini