"Penyelamatan Guha Ek Leuntie sebagai kawasan geopark sangat perlu disegerakan, mengingat kawasan ini rawan dengan pengerusakan untuk kepentingan penggalian batu alam," tambahnya.
Doni menyambut baik hasil penelitian para pakar tsunami tersebut.
Sejak menjabat Kepala BNPB 9 Januari 2019, Doni memberikan perhatian khusus pelibatan pakar dalam riset jejak jejak sejarah kebencanaan di Indonesia.
"Peristiwa semacam gempa di Aceh 26 Desember 2004 adalah peristiwa yang berpotensi berulang, makanya perlu pemahamam, pengetahuan serta latihan bagi semua warga masyarakat sampai tingkat keluarga," kata Doni.
Tak kurang, pada Mei 2019 lalu Doni mengirim tim yang dikoordinasikan BNPB ke beberapa universitas di Belanda.
Doni sendiri juga berkunjung ke National Arsip Belanda di Amsterdam dengan tujuan yang sama, melacak jejak sejarah kebencanaan Indonesia yang banyak terdokumentasi dengan baik di Belanda.
"Tahun depan ada tim khusus BNPB yang mungkin akan tinggal di Belanda sekitar satu tahun untuk mengumpulkan data data kebencanaan," ungkap mantan Danjen Kopassus ini.
Kenangan Masa Kecil
Di depan peserta Rakor Penanggulangan Bencana yang berlangsung di Aula Kantor Gubernur Aceh, Doni mengenang kembali masa masa kanak kanaknya di Aceh. Saat duduk di sekolah dasar Doni kerap bermain dan berenang di kawasan Mata ie.
Kala itu ayah Doni bertugas sebagai Polisi Militer Aceh.
"Kadang kami ambil sukun di belakang rumahnya Pak Edy," kisah Doni yang disambut tawa hadirin.
"Dan saat gempa dan tsunami Desember 2004 saya sedang berada di Aceh," kisah Doni yang ketika itu berpangkat letkol dan bertugas di Paspampres.
Acara yang berlangsung di Gedung Serba Guna Kantor Gubernur Aceh tersebut diawali laporan Kepala BPBA (ex-officio Sekda Aceh, dr Taqwallah MKes).
Hadir antara lain Pangdam IM Mayjen TNI Teguh Arif, Danrem 012/TU Kolonel Inf Aswardi serta bupati/wali kota se-Aceh, Dandim se-Aceh, Kapolres se-Aceh, Kalak BPBD se-Aceh, dan Kepala SKPA di jajaran Pemerintah Aceh.