Pertama adalah, memiliki pengalaman manajerial sebagai rektor.
Kedua, sehat secara jasmani, rohani dan ideologi serta cinta kepada kebudayaan.
Tiga, memiliki komitmen dan konsistensi dalam meningkat mutu pembelajaran baik untuk siswa ataupun pengajarnya.
Keempat, membangun budaya menulis di kalangan dosen dengan cara menunjukkan karya tulis dalam bentuk buku maupun tulisan-tulisan lepas di media massa mainstream.
Lima, mampu membangun hubungan serta kerjasama dengan lembaga-lembaga negara dan pemerintah dan relasi dengan korporasi untuk mendukung kegiatan Universitas.
Enam, memperhatikan pada lembaga riset dan penelitian yang aplikatif.
Tujuh, mendorong tumbuhnya jiwa entrepreneurship (kewirausahaan) dan mental siap kerja di kalangan mahasiswa.
"Dan yang terakhir, atau yang kedelapan, memiliki sikap integritas di bidang mental, moral dan spiritual yang merupakan dasar utama bagi pemipin dunia pendidikan,” ujar Gimbal Dolok Saribu.
Baca: Jasa Marga Segera Operasikan Tiga Ruas Tol Baru
Baca: Maruf Amin Ajak PKB Sukseskan Nawacita Kedua
Sementara Staff Ahli Kemenpar Anang Sutono menyoroti soal kepemimpinan Arissetyanto Nugroho.
Ia sangat yakin bahwa calon rektor UI yang satu ini sangat mumpuni dan akan mampu membawa UI melewati masa-masa sulit terutama menghapus UI sebagai perguruan tinggi yang terpapar radikalisasi.
Keyakinan itu didasarkan pada Arissetyanto merupakan Alumnus Lemhannas dan rekan di Lemhannasnya akan membantu Aris dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi UI.
“Ukuran leadership atau kepemimpinan yang dimiliki Aris sangat konvensional tetapi sekaligus terbuka. Ia sangat konvensional terkait dengan ideologi dan nasionalisme, tetapi sangat terbuka bagi perubahan revolusi 4.0. Sehingga saya menjamin, Aris akan membentuk anak didik UI menjadi anak bangsa yang berkarakter Indonesia dan sekaligus merupakan warga internasional karena melek dengan revolusi industri 4.0,” ujar Anang.