Kata kuncinya adalah negara dan pemerintah harus mampu mengelola potensi bangsa tersebut dengan bijaksana dan mampu menumbuhkembangkan empati sosial masing-masing individu manusia Indonesia untuk menghargai satu sama lain secara harmoni.
Dari Bumi Serambi Mekah saya mendapat pencerahan kebangsaan yang luar biasa, dan ke depan saya berharap Presiden Joko Widodo bisa menempatkan tokoh bangsa Indonesia seperti Wali Nanggroe Aceh Tgk Malik Mahmud Al-Haythar ini untuk terlibat aktif dalam membangun kebangsaan Indonesia yang lebih baik di masa yang akan datang.
Pengalaman dan peran aktif beliau yang luar biasa dalam perdamaian di Aceh dan menyusun Kesepakatan Perdamaian Helsinki 15 Agustus 2005 seharusnya bisa dijadikan referensi untuk membantu tugas pemerintah mengatasi konflik separatis di Papua dan konflik keagamaan di daerah lain di Indonesia.
Atas datar tersebut saya berharap harus segera ada perubahan yang signifikan dari Jakarta (baca: pemerintah pusat) dalam melihat dengan perspektif yang lebih positif tentang Aceh.
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan rakyat Aceh dengan segala keistimewaan dan kekhususannya harus dilihat sebagai salah satu pilar kekuatan NKRI dalam merajut Sabuk Nusantara yg digagas oleh Suhendra.
Rudi S Kamri, Pegiat Media Sosial.