OLEH: Diandra Sabila N
LANGKAH kanan.
Begitu kabar gembira yang meluncur dari stadion Jose Rizal Memorial, Manila. Asnawi dan kawan-kawan kembali memetik tiga poin setelah menyungkurkan Singapura 2-0, di laga kedua babak penyisihan grup B, SEA Games 2019, Kamis malam (28/11/19).
Kemenangan pertama diraih tim asuhan Indra Sjafri atas Thailand juga dengan skor 2-0. Meski masih menyisakan tiga laga, Egy Maulana, Osvaldo Haay, Evan Dimas, dan kawan-kawan tampaknya tinggal selangkah lagi masuk semifinal.
Dari tiga lawan, hanya Vietnam yang saat ini memimpin klasemenlah yang paling berat. Laos dan Brunei Darussalam, dua lawan lainnya termasuk paling lemah dan menjadi lumbung gol di grup B.
SEJARAH
Menpora Zainudin Amali yang memiliki latar belakang sebagai pesepakbola, berharap benar bahwa Asnawi Mangkualam Bahar cs bisa mengulang kesuksesan timnas 1991.
Saat itu timnas kita ditukangi oleh pelatih asal Uni Soviet, Anatoly Polosin dan dibantu dua asisten Vladimir Urin serta Danurwindo.
Selain Ferrel Hattu, yang menjadi kapten timnas, skuad itu antara lain: Eddy Harto (kiper), Aji Santoso, Maman Suryaman, Widodo C. Putra, Robby Darwis, Sudirman, Anzari Lubis, Jusuf Ekodono, Ferry Sandria, dan lain-lain. Saat itu, timnas kita juga berada di grup B bersama: Malaysia, Vietnam, dan Filiphina.
Di laga awal kita menang atas Malaysia juga dengan skor 2-0, lalu menumbangkan Vietnam 1-0, dan tuan rumah Filiphina 2-1. Kemudian di semifinal menyungkurkan Singapura 4-2. Di laga final timnas kita akhirnya meraih medali emas setelah menang 4-3 atas Thailand melalui adu-penalti.
Emas itu menjadi emas kedua untuk sepakbola sejak Indonesia ikut partisipasi di Sea Games 1977. Ribut Waidi, kini almarhum adalah pahlawan kita yang mencetak gol tunggal di gawang Malaysia dalam babak tambahan waktu. Laga itu dimainkan di Stadion Utama Senayan (20/9/1987).
Dua medali Emas sepakbola di SEA Games 1987 dan 1991 itu pada era PSSI dipimpin oleh Kardono. Selain dua emas, Kardono juga terbilang sukses dibanding ketum PSSI lainya. Asian Games 1986, timnas kita bisa masuk semifinal dan setahun sebelumnya timnas kita juga nyaris ke Piala Dunia Meksiko 1986.
Kembali ke timnas asuhan Indra Sjafri ini. Secara faktual tim kali ini terlihat cukup memiliki kepercayaan diri. Bagas dan Bagus beserta pemain lainnya sama sekali tidak terlihat minder.
Sejak dulu, minder adalah kendala paling utama bagi timnas-timnas kita. Sesungguhnya anak-anak kita memiliki teknik yang bagus, tetapi jika berhadapan dengan tim-tim luar negeri, selalu saja terkesan kalah sebelum bertanding.
"Rasa minder itulah yang menjadi kendala utama. Biar kita punya skill dan fisik yang prima, begitu rasa rendah diri datang, maka semuanya hilang," kata almarhum Mauli Saelan, mantan kiper timnas dan mantan Ketua Umum PSSI.
Nah, Egy cs dan beberapa pemain lain sebut saja Evan Dimas, selama ini bermain di luar negeri. Pergaulan internasional itu juga yang membuat tim menjadi equal dengan pemain- pemain lawan.
Ketika posisi pemain sudah merasa seimbang, maka kemampuan tekhnik itulah yang jadi penentu.
Kedepan, menpora yang secara khusus ditugaskan oleh Presiden dengan berbekal Inpres no.3/2019 tentang Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional, akan menperbaiki berbagai kekurangan para pemain sepakbola.
"Saya dan tim di Kemenpora serta pihak-pihak lain yang terkait di dalam inpres, akan bekerja keras untuk mengejawantahkan inpres itu. Kami akan buat pondasi. Bahwa sepakbola di Seag kali ini insyaa Allah akan kembali menyumbangkan medali emas ketiga, itu adalah penyemangat kami untuk membuat pondasi tadi," kata mantan Ketua Komisi II DPR-RI dengan senyum khasnya.
Ya, mari kita berdoa agar impian kita tentang prestasi sepakbola dan prestasi olahraga kita lainnya bisa disukseskan oleh Allah. Aamiin..