Semangat dan jiwa perjuangan kita harus kita turunkan kepada generasi penerus kita. Ini adalah tradisi turun-temurun dari bangsa Aceh, dan kita harus senantiasa “setia meu setia sabee keudroe-droe euh” (kesetiaan kebersamaan kita).
Hari ini kita melakukan perjuangan politik, pendidikan, agama dan ekonomi untuk pembangunan dan kesejahteraan masa depan rakyat Aceh.
Hal ini harus kita hadapi dengan penuh sabar, komitmen, dedikasi yang tinggi, integritas dan satu hati, sama seperti masa perang terdahulu.
Kepentingan rakyat didahulukan daripada kepentingan kelompok atau pribadi. Tidaklah bermartabat suatu bangsa jika bangsa tersebut tidak menghargai dan berbangga terhadap sejarahnya. Kepahlawanan pejuang-pejuang Aceh harus menjadi inspirasi, panduan dan semangat putra-putri bangsa Aceh.
Pemilhan Legislatif (Pileg) untuk anggota DPR RI dan DPD RI, DPR Aceh dan DPR Kabupaten/Kota se-Aceh, serta Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2019 yang digelar serentak secara nasional telah selesai. Aceh telah melalui tahapan ini dengan proses yang sangat aman dan tertib. Rakyat telah memilih wakil-wakilnya yang menurut mereka adalah yang terbaik.
Oleh karena itu, saya meminta orang-orang yang telah mendapatkan amanah dari rakyat ini untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab yang sebaik-baiknya, terkhusus dalam hal penguatan perdamaian.
Pesan saya kepada GAM, belakangan ini sudah banyak muncul fenomena kegelisahan di antara anggota-anggota GAM, khususnya anggota Komite Peralihan Aceh (KPA) yang terdidik secara militer terhadap lambatnya realisasi Perjanjian Damai Helsinki.
Permasalahan bendera dan lambang Aceh, permasalahan pembagian kewenangan antara Aceh dan pusat yang belum tuntas, permasalahan perekonomian kombatan dan korban konflik yang belum bangkit akibat belum tuntasnya tanggung jawab Pemerintah RI, hingga permasalahan lahan pertanian bagi kombatan dan korban konflik.
Oleh karena itu saya mengimbau seluruh jajaran GAM untuk kembali bersatu mendukung perdamaian ini, dan secara khusus saya meminta kepada KPA untuk membuat rapat-rapat sesuai tingkatan untuk membahas fenomena ini, mengantisipasi provokator-provokator yang anti-perdamian, dan mencari solusi agar tidak ada lagi darah yang tertumpah di negeri Aceh yang kita cintai ini".